BALI TRIBUNE - Ubud yang dikenal dengan kemacetan lalu lintasnya, nyaris tanpa solusi. Namun, ketika Gunung Agung mulai bererupsi, langsung menyulap kota seni budaya ini menjadi kota yang lengang. Kondisi ini diharapkan menjadi momentum evaluasi bersama, bahwa pariwisata Ubud sangat sensitif dan membutuhkan kesadaran selupuan komponen pariwisata.
Pantauan Bali Tribune, Jumat (01/12), memasuki kawasan Ubud, arus lalulintas terlihat lengang. Padahal, sepekan sebelumnya kemacetan tidak bisa dihindarkan mulai pukul 11.00 Wita. Di tengah Pemkab Gianyar merancang strategi baru untuk menanggulangi kemacetan Ubud yang sudah akut ini, kini justru berubah dramatis. Dalam hitungan hari, langsung menjadi lenggang lantaran erupsi Gunung Agung.
“Kondisi ini tentunya tidak kami harapkan bersama. Namun bisa diartikan sebagai pengigat bersama, jika kemacetan Ubud tidak segera disikapi, kondisi Ubud seperti sekarang ini bisa permanen,” terang anggota DPRD Gianyar I Kadek Era Sukadana.
Baginya, atas bencana alam ini, patut diambil hikmahnya, jika semua pihak tidak ingin pariwisata Ubud Kolap. Karena kemacetan yang menahun, lama-kelamaan dampaknya perpotensi lebih dasyat dari erupsi Gunung Agung. Memang, situasi macet menandakan kunjungan wisatawan dan aktivitas wisata sangat padat. Namun, kemacetan itu juga dipastikan akan berdampak pada penurunan kunjungan wisatawan. “Erupsi Gunung Agung yang menjadikan Ubud lenggang dan lesunya aktivitas pariwisata, juga harus jadi cerminan jika kemacetan akut berkepanjangan,” terang Sukadana.
Karena itupula, penerapan kawasan Ubud yang streril parkir di badan jalan, diharapkannya didukung bersama. Terlebih dari beberapa kajian yang telah dilakukan, Ubud yang jalannya relative sempit akan selalau dibyangai kemecetan jika pakir kendaraan di badan jalan tetap terjadi. “Sebagai pengusaha poriwisata, saya sendiri sangat merasakan dampaknya jika kunjungan wisatawn menurun drastis seperti ini,” terang dewan asal Padang Tegal, Ubud ini.
Kadek Era berharap ujicoba larangan parkir di badan jalan pada pertengahan Desember ini didukung oleh semua pihak. Karena hasil uji coba ini, sangat tergantunga kepada kesadaran semua komponen pariwisata di Ubud. ”Langkah ini menjadi salah satu upaya mengatasi kemacetan. Karena itu Ubud wajib steril parkir pada badan jalan dan sudah disiapkan beberapa sentral parkir,” terangnya.
Secara terpisah, Kasatlantas Polres Gianyar AKP Gede Astawa membenarkan menurunnya aktivitas lalulintas di wilayah Ubud. Arus lalulintas yang lenggang tersebut, sudah terlihat sejak bandara Ngurah rai ditutup. Kini meski Bandara kini sudah dibuka kembali, angka kunjungan terlihat masih sepi . Atas kondisi ini, kini anggotanya lebih banyak menghabiskan waktunya dengan beristirahat di pos pantau, meksi monitoring tetap siaga.
Diakuinya, erupsi Gunung Agung sangat mempengaruhi aktivitas pariwisata setempat. Wisatawan juga banyak yang pulag mendahulu jadwal ke negaranya karena merasa cemas. “Situasi lalulintas memang menurun. Situasi ini tidak hanya terjadi di Ubud, tetapi juga di jalan-jalan besar, seperti di Batubulan,” ungkapnya.
Ketua PHRI Gianyar Tjokorda Gede Agung Ichiro Sukawati membenarkan ada penurunan aktivitas pariwisata yang signifikan. Pihaknya bahkan mendapat data penuruan yang masuk ke level mengkhawatirkan bagi dunia usaha pariwsata. Ironisnya lagi, terang Cok Ichiro, bulan Novenber hingga Desember, merupakan ‘high season’ yang seharusnya menjadi musim meraup dollar. “Kenyataannya, kunjungan wisatawan asing turun mencapai 80 persen dalam empat hari terakhir,” ungkapnya.