balitribune.co.id | Tabanan - Sebagai upaya untuk mendongkrak kedatangan wisatawan melalui event yang bernuansa budaya di Jatiluwih, Bupati Tabanan Dr. I Komang Gede Sanjaya, SE, MM, membuka secara resmi pagelaran event festival Jatiluwih Cultural Week (JCW) 2022 Rise of The World Heritage, ditandai dengan pemukulan Kulkul, Sabtu, (15/10)
JCW yang digelar selama dua hari (15-16 Oktober 2022) ini, berkolaborasi dengan mahasiswa Poltekpar Bali. Serta akan dimeriahkan dengan berbagai kegiatan. Diantaranya, budaya dari kearifan lokal yang ada di Jatiluwih, keterlibatan kalangan UMKM lokal dalam kegiatan weekend market dengan menawarkan hasil atau ciri khas masyarakat Jatiluwih dan masih banyak lagi kegiatan lainnya.
Nampak hadir saat itu, Ketua DPRD Kabupaten Tabanan, jajaran Forkopimda Tabanan, Sekda, para Asisten dan OPD terkait di lingkungan Pemkab Tabanan, perwakilan Direktur Politeknik Bali, Badan Pengelola manajemen DTW Jatiluwih, Manager DTW Ulundanu Beratan dan DTW Tanah Lot, serta undangan terkait lainnya.
Bupati Sanjaya mengatakan, Kabupaten Tabanan memiliki 3 Daerah Tujuan Wisata unggulan Nyegara Gunung, yang ada di DTW Ulundanu Beratan, Bedugul, di tengah ada DTW Jatiluwih, yang dihulu ada DTW Tanah Lot, Beraban, Kediri. Ketiga DTW ini merupakan sumber PAD yang penting bagi Kabupaten Tabanan dan terus ditingkatkan pembangunannya terutama Infrastruktur.
Disamping itu, setiap DTW memiliki potensi dan keunggulan masing-masing, seperti Ulundanu dengan Pura dan panorama Danau yang indah, Tanah Lot dengan Pura dan laut yang Indah serta Jatiluwih dengan heritage sawahnya yang luar bisa. Hanya saja untuk di Jatiluwih, Sanjaya mengakui harus didukung dengan infrastruktur, seperti tempat parkir dan jalan yang lebar agar bisa meningkatkan kunjungan wisatawan.
"Ini PR besar bagi Pemerintah Kabupaten Tabanan, khususnya Dinas Pariwisata maupun stake holder terkait lainnya yang mendukung pariwisata di Jatiluwih. Mudah-mudahan kedepan, buat sebuah konsep yang baik dan bagus ataupun master plan yang bagus untuk mengangkat Jatiluwih," ujar Sanjaya.
Bupati Sanjaya menambahkan, sebagaimana diketahui bersama, bahwa pembangunan di heritage Jatiluwih sangat sensitif sekali karena ada sawah dan panoramanya yang harus dilindungi dan tidak bisa sembarangan melaksanakan pembangunan. Sehingga dikatakan sangat penuh tantangan melaksanakan pembangunan infrastruktur.
Disamping itu, Bupati Sanjaya meyakini, bahwa dengan adanya sebuah lembaga Universitas, Kampus, masuk di Desa Adat, Desa Dinas, begitupun di Obyek-obyek Wisata, pasti memiliki sebuah kajian akademis yang baik. Sehingga, apa yang menjadi pengalaman, pembelajaran dari pendidikannya tersebut diaplikasikan pada obyek-obyek tersebut.
"Maka dari itu saya sangat senang, Pemerintah Kabupaten Tabanan memberikan apresiasi kepada Politeknik Bali dan Desa Jatiluwih melakukan sebuah kerjasama berupa MoU dan MoH. Jadi ini sangat luar biasa. Tepuk tangan buat kerjasamanya, dan melalui kerjasama ini membuat sebuah festival," imbuh Sanjaya disambut tepuk tangan oleh semua hadirin.
Senada dengan Bupati Tabanan, I Wayan Tuwi selaku Wadir II Poltekpar Bali, mengatakan, bahwa JCW ini merupakan kolaborasi pihak manajeman Jatiluwih dengan Poltekpar Bali. Dimana, kegiatan mahasiswa dalam bentuk aplikasi manajemen di program studi manajemen konvensi perhelatan yang memang 70 persen kegiatan adalah praktek.
"Jadi mahasiswa kami sekarang bagaimana mengetik sebuah program di dalam mata kuliahnya sesuai dengan bidangnya itu, yaitu dibidang konvensi perhelatan. Nanti dikolaborasikan dengan salah satu program Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu di dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Jadi itu dikolaborasikan menjadikan sebuah kegiatan yang tema-nya itu melalui Jatiluwih Culture Week," ungkap Wadir II Poltekpar Bali itu.