Diposting : 18 May 2018 11:51
Redaksi - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Menjelang perayaan hari raya galungan dan kuningan, perlengkapan memasak tradisonal seperti talenan mulai panen pesanan. Seperti yang tampak pada sejumlah pengerajin talenan di Desa Sidan, Gianyar. Selain melayani pembeli secara langsung, pengerajin juga harus memenuhi pesanan sejumlah pusat perbelanjaan serta toko perlengkapan upacara di Kota Denpasar.
Centra pengerajin talenan di simpang Desa Sidan, Gianyar, mulai menjadi perhatian pengguna jalan yang melintas. Apalagi menjelang hari raya Galungan sekarang ini. Kayu bundar ini berfungsi sebagai alat untuk memotong berbagai jenis daging maupun untuk keperluan meracik bumbu.
Meski membuat telenan ini, tidak membutuhkan keahlian khusus, namun bahannya wajib dari Kayu Asem tua. Setelah dipotong-potong, pengerajin tinggal mengupas bagian kulitnya. Lanjut dibersihkan, dijemur dan setelah kering siap dipasarkan.
“Talenan kayu asem ini, bukan hanya dibutuhkan saat menjelang hari raya galungan, tetapi juga dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari. Namun, membeli talenan baru bagi masyarakat Bali, sudah mentradisi setiap menjelang Galungan. Agar masakan saat hari kemenangan dharma, lebih bersih dan higenis,” ucap salah seorang pengerajin talenen, Guru Wayan Rudi.
Disebutkan, harga satu biji talenan ini, terbilang menjanjikan bagi pengerajinnya. Mulai dari lima puluh ribu hingga seratus lima puluh ribu rupiah. Wayan Rudi sendiri mengaku kalau pohon celagi/asem (tamarindus indica) semakin susah dicari.
Sebelumnya, dirinya mencari pohon asem di wilayah Bangli dan Gianyar. Namun karena semakin langka, dirinya mencari pohon asem sampai ke Buleleng. . Perpohon asem tersebut dibeli dengan harga mulai dari Rp 2 juta sampai Rp 4 juta, tergantung besar kecil pohon.
‘’Semakin susah carinya sekarang, semakin langka. Bahkan saya mencarinya sampai ke Buleleng wilayah Kubutambahan,’’ bebernya.
Kekhawatirannya juga beralasan, mengingat tidak semua daerah terdapat pohon asem. Bahkan saat ini dirinya berburu pohon casem ke Buleleng bagian Barat, daerah Gerokgak.
“Kami berharap pohon asem tetap eksis, kalau semakin langka, maka kami menjualnya semakin mahal,” ungkapnya.
Selain pohon asem, pohon jeruk Bali juga bisa dipakai talelan, namun jenis pohon ini juga sudah langka. Sedangkan talenan dari pohon Intaran dan pohon Kesambi, kualitas talenannya dibawah kayu asem. Disamping itu, talenan dari intaran menyebabkan adonan makanan menjadi pahit.