Tolak Gardu Induk PLN, Warga Merasa Terintimidasi | Bali Tribune
Bali Tribune, Kamis 05 Desember 2024
Diposting : 15 July 2023 17:46
CHA - Bali Tribune
Bali Tribune / MENDATANGI - aparat Kepolisian Polres Buleleng mendatangi lokasi unjuk rasa warga di wilayah Lingkungan RT 01 Dusun Pungkukan
balitribune.co.id | Singaraja – Aksi unjuk rasa oleh warga yang menolak pembangunan Gardu Induk (GI) milik PT PLN (Persero) di wilayah  Lingkungan RT 01 Dusun Pungkukan Desa Celukan Bawang Kecamatan Gerokgak terus berlanjut. Seperti pada Sabtu (15/7), puluhan warga kembali mendatangi lokasi pekerjaan pemagaran untuk meminta pekerjaan dihentikan sebelum tercapai kesepakatan dengan mereka. Sayangnya pihak PLN mulai represif menghadapi para pengunjuk rasa dengan mendatangkan puluhan aparat kepolisian dari Polres Buleleng.
 
Oleh aparat, warga pengunjuk rasa diantaranya ibu-ibu dipaksa keluar dari lokasi lahan milik PLN yang tengah dilakukan proyek pengerjaan pagar. Selain diancam akan diangkut, seorang ibu juga didorong serta pengunjuk rasa tidak diperkenankan menggunakan handphone untuk merekam aksi. Kondisi itu membuat sebagian peserta unjuk rasa ketakutan oleh sikap intimidatif aparat terhadap mereka.
 
“Kami merasa diteror oleh sikap aparat kepolisian dan pihak PLN yang memperlakukan kami dengan cara-cara tidak persuasif. Ini sangat disayangkan karena penyampaian aksi juga dilindungi undang-undang,” tegas koordintaor aksi Fathurrahman usai aksi, Sabtu (15/7).
 
Ia juga menyebut saat melakukan aksi dan orasi, perwakilan dari pihak PLN memintanya untuk datang ke Polsek Celukan Bawang untuk diajak melakukan mediasi. Hasilnya nihil bahkan Fathurrahman mengaku dijebak karena pada saat bersamaan peserta unjuk rasa diperlakukan tidak semestinya dengan ancaman saat dirinya berada di Mapolsek Celukan Bawang.
 
“Ada warga kami ibu sudah tua didorong oleh aparat dan dipaksa untuk keluar dari area tempat kami melakukan aksi unjuk rasa. Berbagai intimidatasi kami dapatkan ditakut-takuti dan tidak boleh menggunakan handphone untuk merekam aksi unjuk rasa. Kami sayangkan cara-cara PLN menghadapi kami,” imbuh Fathurrahman.
 
Lebih lanjut Fahturrahman mengatakan, aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh warga hanya untuk memastikan pekerjaan proyek pemagaran dilokasi eks Kampung Barokah tidak dimaksudkan untuk membangun gardu induk.
 
“Kami hanya ingin memastikan bahwa proyek pemagaran oleh PLN tidak dilanjutkan dengan pembangunan gardu induk. Kami inginkan kepastian itu terulis hitam diatas putih, hanya itu,” ujarnya.
 
Menurutnya, sebelum PLN membangun gardu induk dilokasi yang bersebelahan dengan perkampungan warga, sebelumnya telah ada perjanjian yang disebutnya 12 item perjanjian antara warga dengan PLN. “Salah satunya PLN berjanji akan menggusur area terdekat sebanyak 127 KK seandainya gardu induk jadi dibangun, kami masih pegang perjanjian itu. Selama ini tidak dipatuhi, unjuk rasa akan terus kami gelar bahkan dengan lebih besar,” tegasnya.
 
Sementara itu, Kabag Ops Polres Buleleng Kompol I Gusti Alit Putra yang memimpin pasukan Polres Buleleng datang ke lokasi unjuk rasa mengatakan, pihaknya dikontak pihak PLN untuk mengamankan lokasi proyek pekerjaan pagar yang diganggu oleh masyarakat.
 
“Kami diminta mengamankan oleh pihak PLN karena pekerjaannya membangun pagar diganggu oleh masyarakat. Kami hanya minta masyarakat keluar dari area lokasi milik PLN,” katanya.
 
Dalam waktu bersamaan Kapolsek Kawasan Pelabuhan Celukan Bawang AKP I Ketut Ananta, S.H., melakukan pendekatan kepada warga Dusun Pungkukan Desa Celukan Bawang selaku pejabat baru Kapolsek setempat. Selain memperkenalkan diri AKP Ketut Ananta juga membawa sembako untuk diserahkan kepada warga setempat.
 
“Sebagai pejabat baru Kapolsek Celukan Bawang saya ingin memperkenalkan diri dengan warga sambil membagikan sedikit sembako,” tandasnya.
 
Sebelumnya, juga warga Banjar Dinas Pungkukan, Desa Celukan Bawang, Kamis (13/7) melakukan aksi unjuk rasa ke lokasi akan dibangunya Gardu Induk (GI) milik PT PLN (Persero) di eks Kampung Barokah masuk wilayah Desa Tinga-Tinga yang sebelumnya tergusur akibat dilintasi kabel tegangan tinggi (SUTET). Puluhan warga laki perempuan termasuk anak-anak ikut melakukan unjuk rasa yang menuntut agar pihak PLN menghentikan proses pengerjaan pagar sebelum tercapai kesepakatan. Mereka membawa spanduk yang berisi penolakan atas rencana dibangunnya gardu induk yang dibangun PLN karena dianggap sangat dekat pemukiman mereka.