balitribune.co.id | Mangupura - Untuk menarik partisipasi pemilih pada Pemilu serentak 2024, para petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di tiga Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Banjar Blungbang, Desa Penarungan, Mengwi, Kabupaten Badung memilih berpakaian unik.
Yakni semua petugas KPPS memakai pakaian penari Arja dengan cerita rakyat Bali, Cupak Gerantang.
Selain pakaian unik petugas KPPS nya, tiga TPS di Banjar Blungbang, Desa Penarungan juga dihiasi dengan pernak-pernik Hari Valentine, seperti balon dan bunga.
Petugas dengan tampilan unik dan TPS yang terkesan meriah ini tentu saja membuat para pemilih merasa senang saat datang ke TPS. Tari Arja merupakan salah satu kesenian yang sudah diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat Desa Penarungan.
Tarian ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengandung pesan moral sindiran masyarakat terhadap sifat rakus dan tamak seorang pemimpin. Sifat tamak akhirnya dikalahkan dengan sifat dharma atau kebaikan.
I Wayan Ladra selaku Kelian Dinas Banjar Blumbang, Penarungan, Badung menyatakan bahwa cerita Arja Cupak Gerantang ini murni untuk melestarikan kesenian Arja yang memang sudah ada di Desa Penarungan.
Pihaknya mengaku tidak ada maksud menyindir pihak manapun dengan penggunaan pakaian Cupak Gerantang ini.
“Penampilan Arja Cupak Gerantang oleh petugas KPP di TPS Banjar Penarungan ini murni untuk melestarikan seni dan budaya Bali yang ada di Desa Penarungan. Harapan kami penampilan unik petugas KPPS ini bisa menghibur dan menarik partisipasi warga untuk memilih,” ujarnya saat ditemui, Rabu (14/2/2024).
Dikatakan juga bahwa selain menampilkan tematik cerita rakyat Bali, khusus di TPS 19 Banjar Blumbang, seluruh KPPS-nya diisi oleh perempuan terdiri dari ibu rumah tangga dan remaja putri.
“TPS juga kami sengaja hiasi dengan suasana valentine sebagai bentuk Pemilu bahagia dan penuh kasih sayang,” kata Wayan Ladra.
Kemudian tak hanya petugas KPPS yang berpenampilan unik, warga pemilih juga semua datang ke TPS mengenakan pakaian adat Bali. Penggunaan pakaian adat Bali saat pencoblosan ini diharapkan bisa memberi suasana sejuk dan merendam terjadinya gesekan antar warga akibat beda pilihan.
“Pemakaian busana adat Bali bagi petugas KPPS maupun para pemilih saat pencoblosan bukan hanya untuk menyukseskan pesta demokrasi, tetapi juga sebagai bentuk nyata pelestarian adat, seni, tradisi, dan budaya Bali,” tukasnya.