Warga Tiongkok Sebut Bali Indah, Dubes RI Beri Solusi Tingkatkan Kunjungan Turis | Bali Tribune
Bali Tribune, Kamis 28 Maret 2024
Diposting : 22 June 2019 17:08
Ayu Eka Agustini - Bali Tribune
Bali Tribune/ PELAKU USAHA - Djauhari Oratmangun, Dubes RI untuk RRT di Beijing bertemu dengan pelaku industri pariwisata Bali membahas solusi penurunan turis Tiongkok ke Pulau Dewata.
balitribune.co.id | Denpasar -  Meski salah seorang warga Tiongkok asal Beijing, Laras mengakui Pulau Bali memiliki pemandangan alam yang cantik seperti pantai, dan persawahan. Namun kenyataannya, saat ini kedatangan wisatawan dari Negeri Tirai Bambu pada Mei 2019 mengalami penurunan. Berdasarkan statistik kedatangan turis asing ke Bali di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai turun menempati posisi kedua. Dimana sebelumnya turis Tiongkok  menempati posisi pertama kunjungan wisatawan mancanegara ke Pulau Dewata. 
 
Dibandingkan Mei 2018, tahun ini kunjungan turis dari Rumah Panda tersebut ke Bali turun hingga 29 persen dari sejumlah 125.240 orang menjadi 89.281 wisatawan Tiongkok pada Mei 2019. Penurunan tersebut diperkirakan karena beberapa faktor diantaranya dampak pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum pemandu water sport di Tanjung Benoa, Badung beberapa waktu lalu hingga tersebar luas di media sosial (medsos) Tiongkok. Kemudian, penataan tata niaga market Tiongkok yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali sejak awal tahun 2019 dan ditutupnya sejumlah akses penerbangan dari/ke kota-kota di Tiongkok ke Bali oleh maskapai nasional Indonesia juga menjadi penyebab melesunya kedatangan warga Tiongkok ke pulau ini. 
 
Padahal dikatakan Laras tidak sedikit warga Tiongkok ingin berwisata ke Bali. Munculnya sejumlah kendala seperti kurangnya penerbangan langsung ke Bali membuat warga Tiongkok beralih ke destinasi lainnya. "Harap dibuka kembali jalur charter flight dan regular flight karena ini berkaitan dengan konektivitas," katanya di Denpasar saat berkunjung bersama Djauhari Oratmangun Dubes RI untuk RRT di Beijing, Jumat (21/6).
 
Kata dia, Bali menyuguhkan pemandangan yang indah dan aneka makanan/kuliner Indonesia yang beragam itu disukai orang Tiongkok ketika berlibur di Pulau Seribu Pura ini. "Khusus China daratan kalau sebut Bali banyak yang tahu. Kalau ada wedding ceremony artis dari China, biasanya wedding di Bali karena dianggap Bali itu high class," ungkap Laras.
 
Namun sangat disayangkan dikatakan Laras jika selama ini hanya dilakukan promosi tentang Bali di kota-kota besar saja. Padahal di kota-kota kecil lainnya di Tiongkok (barat daya) yang warganya memiliki ekonomi bagus juga tertarik datang ke Bali. Untuk itu pihaknya mengajak pelaku pariwisata Bali guna mengambil potensi tersebut untuk mengenalkan Bali di Tiongkok Barat Daya. "Selain itu juga sediakan akses charter flight dari daerah ini ke Bali," saran Laras. 
 
Dia juga menyampaikan untuk semakin banyak bisa mendatangkan turis Tiongkok ke Bali dapat melalui promosi di platform sosmed Tiongkok. Banyak anak-anak muda yang berpengaruh di sosmed Tiongkok yang bisa diajak untuk mempromosikan keindahan Pulau Bali. Jadi, bagi dia sosmed sangat berpengaruh untuk warga Tiongkok. 
 
"Yang membuat tertarik ke Bali karena suasananya sangat rileks, pemandangannya indah ada laut dan di Ubud ada sawah. Ketika sampai di Bali merasa senang dan langsung cerah, happy dibandingkan dengan Beijing ada polusi. Bangunan-bangunan juga tidak tinggi, bisa bikin orang tenang. Budaya juga sangat menarik," beber Laras dihadapan para pelaku industri pariwisata.
 
Sementara itu Djauhari Oratmangun Dubes RI untuk RRT di Beijing mengatakan setiap mempromosikan pariwisata Nusantara pihaknya kerap menyampaikan bahwa Bali merupakan salah satu pintu masuk ke Indonesia. Bahkan tidak sedikit orang Tiongkok yang mengetahui dan ingin berwisata ke Bali. 
 
Apalagi outbound Tiongkok setiap tahun semakin meningkat, bahkan adanya travel warning dari Pemerintah Tiongkok ke Amerika Serikat merupakan peluang bagi Bali untuk mendatangkan market ini. "Travel warning ke Amerika ini peluang, karena turis Tiongkok yang ke Amerika adalah ekonomi menengah keatas. 180 juta diperkirakan outbound Tiongkok. Dengan travel warning, Tiongkok akan mengurangi kunjungun ke negara yang memiliki hubungan tidak bagus," jelasnya. 
 
Djauhari pun mengakui penurunan market Tiongkok ke Bali yang cukup signifikan ini karena informasi sejumlah kejadian buruk di sosmed Tiongkok yang dialami oleh warganya ketika berada di Bali. "Bukan hanya di Bali, dimanapun kalau ada berita begitu, jadi drop dan beralih ke tempat lain. Bilateral kita bagus dengan Tiongkok. Semoga ada peluang yang tercipta dengan situsi seperti ini," katanya. 
 
Pihaknya mengajak para pelaku pariwisata Bali untuk melakukan strategi yang tepat untuk meyakinkan dan mendatangkan semakin banyak market Tiongkok. Pertama yakni dengan strategi komunikasi yang tepat untuk mencegah informasi-informasi negatif muncul di medsos Tiongkok. "Strategi komunikasi ini perlu dirancang bersama dalam konteks menghadapi hal-hal berkonotasi negatif. Selain kegiatan promosi-promosi lainnya," tegas Djauhari.
 
Selain itu Bali diminta untuk lebih optimal menggunakan media digital dalam hal menarik kedatangan turis Tiongkok terutama yang kelas atas. Mengingat warga kelas atas di negara itu cenderung beraktivitas dengan cara digital. "Walaupun angka kunjungan menurun siapa tahu yang datang itu turis dengan spending money yang tinggi," cetusnya. 
 
Ketua Bali Liang (Komite Tiongkok Asita Daerah Bali), Elsye Deliana menyampaikan keluhan penurunan turis Tiongkok ke Bali sejak tahun 2019 ini. Dia melihat sekarang ini turis Tiongkok telah tersebar ke beberapa daerah di Indonesia seperti Batam, Jogja, Solo, Manado juga ke negara lain salah satunya Vietnam. 
 
Tersebarnya market Tiongkok tersebut salah satunya dikarenakan kemudahan aksesibilitas penerbangan langsung dari Tiongkok ke Vietnam. Turis China yang ditanganinya bergrup sekali datang rata-rata terdiri dari 15-20 orang dan yang berpasangan atau honeymoon. "Turis Tiongkok yang sudah tersebar ini bisa jadi membuat kedatangan ke Bali akan berkurang" terangnya.