Diposting : 17 December 2018 12:48
Redaksi - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Memastikan pelaksanan Pelebon Agung Puri Agung Blahbatuh berjalan lancar, kawasan Catuspata Blahbatuh hingga kuburun adat setempat, Selasa (18/12) pagi streril dari kendaraan. Pelebon yang menjadi termegah di Gianyar untuk tahun ini, merupakan penghormatan terakhir keluarga Puri Ageng Blahbatuh terhadap mendiang Ida I Gusti Ngurah Jelantik XXIV.
Putra mendiang, Anak Agung Ngurah Kakarsana, yang ditemui Minggu (16/12) menyebutkan, mulai Senin (17/12) malam, sarana Pelebon berupa Lembu Suci Petak (Putih) dan Bade Padma Negara setingi 24 meter dipastikan sudah selesai seratus persen. Lanjut itu dilengkapi dengan sarana yang dipersiapkan di depan puri. “Senin Malam, umumnya menjadi malam pertama dan terakhir untuk dapat dinikmati oleh masyarakat dan pengunjung. Karena itu, kami pun sudah menyediakan lampu dan berkoordinasi dengan pihak kepolisian,” terangnya.
Untuk kelancaran prosesi, Kakarsana juga mohon permakluman dan dukungan, khususnya kepada pengguna jalan. Karena, setelah berkoordinasi dengan pihak kepolisian, jalur lalu lintas di kawasan Catsupata hingga kuburan Blahbatuh akan ditutup sementara.
“Mengenai teknis dan sosialisasi sudah dilaksanakan oleh aparat keamanan. Kami segenap keluarga Puri Ageng Blahbatuh juga menyampaikan permintaan maaf sekaligus permakluman atas proses ini sedikit menganggu aktivitas masyarakat,“ terangnya.
Lanjutnya, sebagai persembahan terakhir, pihaknya mempersembahkan Lembuh Petak seberat 5 ton dan bade Padma Negara setinggi 24 meter dengan berat 15 ton. Bade ini terdiri dari 9 gunung akan diusung oleh 3.000 warga Blahbatuh secra estafet. “Persembahan bade khusus ini bagi panglingsir sudah merupakan tradisi turun temurun di puri,” terangnya.
Serangkaian prosesi, sebutnya, terdapat tiga tahapan palebon yang akan menghadirkan banyak masyarakat dan undangan ke puri. Yakni tanggal upacara nyiramin, upacara upadesa, dan puncaknya tanggal 18 palebon.
Sebagaimana diketahui, Panglingsir Puri Blahbatuh, I Gusti Ngurah Djelantik menghembuskan nafas terakhir pada Kamis (15/11) lalu. Almarhum wafat di usia 74 tahun, setelah cukup lama berjuang melawan penyakit diabetes, khususnya semenjak ditinggal sang istri almarhum A.A. Ayu Mirah sekitar tiga bulan sebelumnya.
Almarhum I Gusti Ngurah Djelantik semasa hidupnya adalah penyuka anggrek bahkan sering tampil dalam kompetisi anggrek tingkat internasional. Saking banyaknya anggrek, dulu puri sampai disebut Puri Anggrek. Almarhum yang pensiunan PNS ini juga dikenal sebagai sosok yang hobi menembak. Bahkan sempat beberapa kali meraih juara menembak.
Semasa hidup, almarhum aktif dalam Forum Kerajaan dan Kesultanan Nusantara. Sebab itu almarhum diketahui dekat dengan sejumlah raja Nusantara, tidak hanya di Indonesia namun juga raja-raja di wilayah Malaysia, Thailand dan Filipina. Meski lahir di keluarga puri, almarhum dikenal sebagai sosok yang rendah hati.