Kuta, Bali Tribune
Gaya berbusana kain tradisional saat ini sudah semakin ditinggalkan, karena untuk sebagian ini dianggap rumit dan mulai tergantikan dengan gaya berbusana modern yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan jaman. Padahal negara kita sangat kaya dengan ragam kain tradisional yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Tidak saja merupakan kekayaan budaya, namun kain tradisisonal juga merupakan identitas bangsa Indonesia.
Untuk itu keberadaan Perkumpulan Komunitas Cinta Berkain (KCB) di Provinsi Bali diharapkan dapat menghidupkan kebanggaan dan minat masyarakat dalam menggunakan busana berkain tradisional. Demikian disampaikan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali, Ny. Ayu Pastika dalam acara Deklarasi Komunitas Cinta Berkain (KCB) Indonesia Provinsi Bali, Sabtu (6/8) di Legian, Kuta, Badung.
Menurutnya, Komunitas Cinta Berkain (KCB) Provinsi Bali sebagai wadah berkumpulnya banyak wanita dari berbagai profesi merupakan bentuk komitmen para anak bangsan dalampelestarian dan pengembangan kain tradisional yang merupakan warisan budaya yang adiluhung.
“Kita sangat kaya dengan warisan budaya yang memiliki nilai-nilai estetika, etika, bahkan nilai religius. Pada zaman globalisasi yang penuh persaingan ini, nilai-nilai itu harus mampu kita kembangkan menjadi nilai-nilai ekonomis, tanpa mengurangi keaslian dan kelestariannya,” cetus istri orang nomor satu di Bali ini.
Ia berharap busana kain tradisional dapat bersaing secara ekonomis di pasar lokal, nasional atau bahkan di pasar global. Hal ini tentunya akan membawa hal positif untuk mendorong para pengusaha, pengrajin, dan designer semakin kreatif, inovatif dan produktif yang pada akhirnya mendorong tumbuhnya perekonomian .
Kesempatan tersebut, Ny. Ayu Pastika mengajak semua komponen masyarakat untuk peduli pada keberadaan kain dan busana tradisional. Ia juga berpesan kepada KCB Provinsi Bali disamping melestarikan melestarikan produk, juga fokus pada upaya untuk menghidupkan tradisi masyarakat untuk menggunakan busana tradisional yang sederhana, rapi, serasi dan beretika.
“Mari kita sosialisasikan upaya ini kepada seluruh masyarakat Bali maupun masyarakat Indonesia, melalui berbagai upaya kegiatan seperti seminar, lokakarya, pembinaan-pembinaan sampai pada beragam lomba,” ajaknya.
Ny. Ayu Pastika juga memberikan dukungan terhadap program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh KCB. Ia pun meminta untuk senantiasa berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan, mulai dari Pemerintah Daerah, Dekranasda, para pengusaha, sekolah dan perguruan tinggi, sampai kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki misi yang sama untuk memajukan UMKM dan melestarikan budaya daerah. “Dengan partisipasi seluruh masyarakat, Saya yakin kita semua akan dapat meningkatkan eksistensi budaya tradisional khususnya kain tradisional Bali, dalam era global ini,” pungkasnya.
Ketua Umum Komunitas Cinta Berkain Indonesia Sita H. Agustanzil mengatakan dibentuknya KCB atas keprihatinan sekelompok wanita yang diprakarsai oleh dirinya kemudian mendirikan suatu komunitas yang bercita-cita untuk menjaga eksistensi kain tradisional Indonesia di Jakarta yang mampu diseimbangkan dengan mode berbusana masa kini.
Komunitas Cinta Berkain Indonesia atau disingkat KCB, yang telah berusia dua tahun, menurutnya kini menjadi garda terdepan Indonesia untuk melestarikan budaya berkain nusantara. “Busana nusantara memiliki nilai Budaya yang sangat tinggi. Indonesia juga merupakan bangsa yang smart, dan menghormati tata cara dalam penggunaanya. Untuk itu, saya mengajak semua pihak untuk ikut melestarikannya. Kita tidak menolak moderinasasi, bahkan kita harus bisa mengikutinya. Karena sebenarnya memakai kain itu tidak kuno, karena tidak terpaku pada umur. Bali sangat kuat budayanya, untuk itu mari kita kenakan kain, karena kain bisa digunakan dalam setiap kesempatan,” ungkapnya.
Dalam acara tersebut, dilakukan pengukuhkan pengurus KCB Provinsi Bali yaitu Mayke Boestani Andersen, yang dilanjutkan dengan penyematan PIN kehormatan kepada Ny. Ayu Pastika oleh Ketua Umun KCB Indonesia Sita H Agustanzil.