Denpasar, Bali Tribune
Pelatih tim tinju PON Bali, IGM Adi Swandana mengaku lebih senang kalau petinjunya menjalani TC Sentralisasi secara “pribadi” di sasana miliknya—Adi Swandana Boxing Camp (ASBC) Denpasar ketimbang TC Sentralisasi bersama-sama atlet lainnya di Hotel Batukaru.
Selain bisa mengontrol pola makan, kata Adi Swandana, dirinya juga bisa mengawasi dengan ketat para atletnya itu. Ini dibuktikan dengan hasil tes fisik tahap akhir, beberapa waktu lalu, dimana lima petinju PON Bali memiliki kebugaran level tertinggi.
“Pola makan dan asupan gizi berperan sangat penting terhadap kebugaran seorang atlet. Kebugaran atlet kami (tinju) selalu bagus, dan berat badannya ideal, kunci utama terkait dengan makanan,” ujar Adi Swandana, Minggu (28/8).
Seperti diketahui, petinju Cornelis Kwangu Langu memiliki level tertinggi dalam tes fisik terakhir atau keempat dengan tembus level 14,2 dari 365 atlet PON Bali. Menurut Adi Swandana yang juga Komtek Pertina Bali, semua itu tergantung dua factor, yakni makanan dan latihan.
“Saya memang yang mengatur sendiri menu makanan yang dibutuhkan petinju. Artinya apa yang harus dimakan oleh petinju, saya sendiri yang menentukan. Mulai dari kebutuhan daging atau lainnya. Pasalnya, menu makanan harus disesuaikan dengan kebutuhan latihan petinju yang dilakukan,” paparnya.
Semua itu diawasi juga dalam porsi yang disesuaikan. Hal inilah yang membuat berat bedan petinju menurutnya juga tetap terjaga. Begitu juga dengan pengawasan jam istirahat yang ketat sesuai aturan istirahat petinju.
“Makanya saya melakukan TC pribadi tidak bersama cabor lainnya, karena memang kebutuhan seperti itu berbeda untuk ukuran atlet cabor lainnya. Kalau makan di tempat pusat TC itu kan umum sifatnya, sementara untuk petinju kan beda,” tegas pelatih pelatnas itu.
Bahkan menurut Adi Swandana, para petinju pelatnas jangka panjang yang berlatih di Bali sangat senang dengan menu yang disiapkan Adi Swandana. Karena makanannya sesuai dengan kebutuhan latihan.
“Selain itu kalau ikut TC terpusat, jarak petinju ke tempat sasana cukup jauh, sehingga bisa membuat lelah dulu sebelum latihan. Selain itu petinju kami tetap latihan rutin meski tidak ada PON,” tukas Adi Swandana.