Mangupura, Bali Tribune
Seolah sudah menjadi musimnya, menjelang tutup tahun, sampah kiriman mulai mengotori wilayah pesisir Pantai Kuta. Sampah dari laut yang dibawa oleh angin barat ini menyebabkan adanya penambahan volume sampah 10 persen dari biasanya, yang mencapai 210 ton atau 25 truk.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Badung, Putu Eka Merthawan, menjelaskan, cuaca ekstrem dengan intensitas hujan yang terus menerus ini selain berpotensi menimbulkan bencana longsor dan pohon tumbang juga membuat wilayah Badung diserbu sampah.
Volume sampah dalam kondisi seperti ini meningkat berlipat-lipat. Dia mengakui, meski sudah memiliki Standard Operational Procedure (SOP) penanganan sampah, namun serbuan sampah berskala besar beberapa waktu belakangan membuat “pasukan hijau” Badung itu kerepotan juga.
“Kami sebut Badung darurat sampah. Karena saat pergantian tahun sampah datang, wisatawan juga datang. Jadi kami harus total bekerja,” katanya, Kamis (08/12/2016). Selain harus mengatasi sampah di jalan akibat hujan lebat, pihaknya juga dihadapkan dengan luberan sampah di pantai.
Kata Merthawan, yang paling sulit ditangani adalah sampah pantai akibat dampak angin barat. Pasalnya, baru saja dibersihkan, datang lagi sampah baru. “Hampir semua pantai di Badung mendapat kiriman sampah. Namun terbanyak terjadi di Pantai Kuta dan Legian,” ujar pejabat asal Sempidi ini.
Selama masih dalam status darurat sampah, mantan Kabag Humas Pemkab Badung ini mengajak seluruh masyarakat terutama pihak hotel yang ada di seputaran pantai membantu mengatasi permasalahan sampah tersebut. Harapannya, masalah ini tak sampai mengganggu para wisatawan.*