BALI TRIBUNE - Hasil riset yang dilakukan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung menyebutkan dari 11 desa wisata di Kabupaten Badung, saat ini hanya tiga desa wisata saja dalam kondisi aktif menerima kunjungan wisatawan. Sisanya tidak berjalan maksimal dikarenakan beberapa hal yaitu produk, sumber daya manusianya (SDM) dan fasilitas wisata.
Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Badung menyusun perencanaan dengan membuat tiga klaster pembangunan desa wisata Kabupaten Badung. Demikian terungkap saat Focus Group Discussion (FGD) membangun desa wisata berbasis kerakyatan yang berkualitas dan berkelanjutan di Kabupaten Badung, Rabu (24/5).
Ketua BPPD Badung, IGN Rai Suryawijaya, menjelaskan, dari jumlah total wisatawan mancanegara (wisman) berkunjung ke Bali sekitar 15 persen cenderung tertarik menikmati suasana pedesaan, terutama wisman asal Eropa. Sehingga hal ini yang mendorong BPPD Badung menggenjot perbaikan desa-desa wisata yang selama tidak berjalan alias hidup segan mati tak mau.
Menurutnya, secepatnya perlu dilakukan perbaikan terhadap desa wisata yang tidak aktif tersebut misalkan dengan meningkatkan kualitas produk, SDM dan aksesibilitas. Sebab tahun ini, BPPD Badung dikatakan Rai akan lebih fokus mempromosikan potensi desa wisata di Badung ke beberapa negara.
“Sekarang 11 desa wisata itu belum siap untuk dikunjungi, belum layak dijual. Makanya kita akan pakai klaster nantinya. Klaster ini untuk memperpanjang waktu kunjungan wisatawan di desa wisata,” jelas Rai. Dia menyebutkan, klaster pertama (Kecamatan Mengwi) yaitu desa wisata Munggu, desa wisata Kapal, desa wisata Baha.
Klaster kedua (Kecamatan Abiansemal) diantaranya desa wisata Bongkasa, desa wisata Sangeh. Sedangkan klaster ketiga (Kecamatan Petang) yakni desa wisata Carang Sari, desa wisata Pangsan, desa wisata Kertha, desa wisata Plaga dan desa wisata Bilok Sidan. Dikatakan Rai dalam hal perbaikan dan promosi 11 desa wisata yang ada di Kabupaten Badung ini akan berjalan paralel.
“Kami tetap mempromosikan, perbaikan di dalam terus ada, intern improve product quality. Keluar (eksternalnya) promosi terus. Jadi tanpa promosi orang tidak akan kenal ada destinasi desa wisata di Bali,” tegas Rai. Pihaknya mengharapkan pada tahun ini dari jumlah total wisman ke Bali 20 persennya melakukan aktivitas di desa wisata.
Hal ini terutama menyasar wisman asal Eropa yang lama tinggalnya cukup lama hingga 2 minggu selain itu wisman India dan Australia. “Bisa dibilang potensi market desa wisata kita sudah ada. Promosi desa wisata ini dilakukan diseluruh pelosok dunia setiap tahun dan setiap bulan kita lakukan promosi,” imbuhnya.