Diposting : 20 August 2018 22:45
redaksi - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Suasana Semarak Hut RI ke-73 juga menyelimuti prosesi Tumpek Kandang di Desa Pakraman Padangtegal, Ubud, Sabtu (18/8). Tradisi yang selalu menyedot perhatian wisatawan di Wenara Wana (Monkey Forest) itu, terlihat berbeda ketika krama setempat mengkemas sebagian buah, dauh dan telor kesukaan kera dalan bentuk menyerupai panjat pinang (raja kuning).
Sebagai pengganti pohon pinang, krama setempat menancapkan pohon pepaya yang kondisi dauannya masih utuh. Pemilihan pohon ini, dimaksudkan untuk memagnet kera. Karena daun pepaya, merupakan salah satu makanan favoritnya. Di batang pohon ini, kemudian dihias dengan gantungan buah/ umbi yang tampak seperti hadiah dalam panjat pinang. ”Meski Hari kemerdekaan sudah lewat sehari, namun suasana masih dalam semarak HUT RI ke-73 di bulan Agustus ini. Untuk itu, krama kami juga mencoba menkemas sebagian buah/ daun dan ubi persembahan itu dalam bentuk mirip panjat pinang,” ungkap Bendesa Padangtegal I Made Gandra.
Mengenai prosesi Tumpek Kandang ini, Gandra menegaskan bahwa kramanya tetap menghormati cara lama yaitu pendekatan keagamaan untuk melestarikan alam, selain upacara modern yang sudah dilaksanakan. “Kami ingin kesadaran spiritual terus dilaksanakan dlam wujud persembahan menuju Tri Hita Karana untuk kehidupan yang harmonis,” ungkapnya.
Demkian pula dalam proses Tumpek Kandang yang digelar di Monkey Foret, Ubud, Sabtu lalu. Seluruh wenara berpesta makan telor dan makanan favorit lainnya. Primata menghuni hutan ini diberlakukan istimewa, dengan harapan hubungannya dengan hutan dan warga adat setempat langgeng harmoni. Ritual unik ini juga menjadi tontonan istimewa bagi wisatawan yang sedang berkunjung.
Beragam buah, Telor, hingga pohon yang sudah diupacarai ini, dibagikan secara merata. Dipimpin oleh Ida Pedanda Griya Mua, Padangtegal, warga adat setempat dengan khusyuk berdoa agar wenara setempat dianugerahkan keselamatan. Hal demikian, keharmonisan antara monyet, hutan dan warga adat setempat, berjalan langgeng. Ritual unik inipun menari perhatian wisatawan yang sedang berkunjung ke hutan ini. Mereka mengaku sangat beruntung dapat menyaksikan ritual yang bernilai pelestarian alam ini .
Tradisi ini diwariskan warga setempat secara turun temurun , yang digelar setiap perayaan tumpek kandang. Melalui tradisi ini pula, diharapkan menuntun kesadaran umat tentang merawat kelestarian alam dengan menjaga keseimbangan ekosistemnya. Demi terwujudnya harmoni hubungan antara manusia dengan alam dengan segenap isinya.
Lanjutnya, Keberadaan wanara di Monkey Forrest Ubud, telah memberikan sebuah berkah bagi masyarakat di lingkungan Desa Pakraman padang Tegal. Meksi awalnya, tradisi turun temuran yang gusung sepami sekarang, hanya berorientasi melestarikan warisan alam yang berupa Wenara.
Apalagi, keberadaan sejumlah pura setempat yang sangat dikeramatkan, sehingga tidak ada yang berani mengganggu atau memburu binatang tersebut. Bahkan sering dibuatkan mitos yang bisa memberikan perlindungan magis kepada binatang tersebut. Demikian juga dengan wanara wana ini wisatawan akan menjumpai sebuah komplek pura di dalam hutan yang merupakan habitat dari kera liar setempat.