Bayi Idap Kelenjar Getah Bening, Orang Tua Tak Punya Biaya Berobat | Bali Tribune
Diposting : 14 August 2019 14:45
Khairil Anwar - Bali Tribune
Bali Tribune/ Kondisi bayi Gede Fendi Pratama Wijaya Putra dengan tumbuh benjolan pada pipi kiri karena diduga mengidap penyakit kelenjar getah bening.
balitribune.co.id | Singaraja - Malang benar nasib Gede Fendi Pratama Wijaya Putra bayi dari pasangan Yobi Suarjya (21) dan Tati Umiyati (21). Dengan kondisi pipi kiri membengkak - yang oleh petugas medis disebut kelainan kelenjar getah bening – dia belum tersentuh perawatan medis sejak dilahirkan melalui operasi caesar di RSUP Sanglah, dua pekan lalu, lantaran orang tua tak memiliki biaya.
 
Selain tergolong kurang mampu, warga Banjar Dinas Purwa, Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt, ini juga tidak memiliki jaminan kesehatan dalam bentuk apapun. Ironisnya,mereka belum memiliki Kartu Keluarga (KK) yang menjadi syarat dasar untuk mengurus administrasi kependudukan.Pilihan melahirkan di rumah sakit itu setelah dalam masa kehamilan ditemukan kelainan pada struktur pipi bayi.
 
Ada benjolan pada pipi kiri dan itu terlihat saat dilakukan ultrasonografi (USG) pada usia kehamilan lima bulan. Oleh bidan yang merawat kehamilan Tati, diberi catatan dalam buku kontrol kehamilan terkait kondisi bayi tersebut. Tiba waktunya melahirkan,Tati bersama Komang Yobi sempat mendatangi sejumlah klinik bersalin maupun RS Pratama Tangguwisia di Seririt, untuk bersalin.
 
Hanya saja semua layanan untuk ibu hamil yang didatangi menolak untuk membantu persalinan padahal usia kehamilan Tati sudah mencapai sembilan bulan lebih. “Ada catatan dalam buku kontrol kehamilan anak saya yang menerangkan kondisi bayi dalam kandungan sehingga semua yang didatangi menolak untuk menangani kelahiran istri saya,”tutur Komang Yobi, Selasa (13/8).
 
Menurut petugas medis,bayinya mengalami kelainan sejak dalam kandungan akibat terinfeksi bakteri tertentu sehingga berimbas pada perkembangan bayi. “Katanya terinfeksi bakteri pada saat proses kehamilan,” imbuhnya. Karena sudah berada pada titik kritis, akhirnya Komang Yobi membawa istrinya ke RSUP Sanglah, Denpasar untuk dilakukan tindakan medis.
 
Benar saja, usai dilakukan operasi caesar, memang terlihat ada benjolan cukup besar pada pipi kiri bayinya. “Oleh dokter yang menangani kelahiran, saya diminta untuk mempersiapkan tindakan medis lebih lanjut karena memerlukan biaya cukup besar,”ujarnya. Bahkan, disarankan untuk mencari jaminan kesehatan berupa BPJS atau KIS mengingat biaya pengobatan anaknya diperkirakan sangat besar.
 
Sayang,setelah hampir dua pekan kembali ke rumah,Komang Yobi belum menemukan solusi terkait kondisi keluarganya. Ia tidak tahu cara mendapatkan layanan jaminan kesehatan karena kemampuannya terbatas. Berhari-hari selama dua minggu ini dia mencoba meminta bantuan agar secepatnya memiliki kartu jaminan kesehatan supaya bayinya segera mendapat perawatan, namun gagal.
 
“Dua minggu sejak keluar dari rumah sakit anak saya belum tersentuh tindakan medis. Hanya diberikan ASI dan beruntung tidak rewel,” katanya dengan raut sedih. Titik terang mulai didapatkan setelah sejumlah anak muda karang taruna Desa Pengastulan turun tangan membantu. Mereka menelusuri penyebab lambannya Komang Yobi memperoleh layanan administrasi kependudukan.
 
Bersama Kepala Dusun Purwa, Ketut Sawir, mereka berupaya menyelesaikan keperluan sang bayi agar secepatnya mendapat perawatan medis. “Kita masih urus administrasinya,mulai KK ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil serta ke Dinas Sosial Buleleng. Mudah-mudahan cepat klir,”ujar Sawir dibenarkan Putu Widiyasmita, Ketua Karang Taruna Puspita Samudra,Desa Pengastulan.
 
Sambil menunggu kelarnya proses administrasi, rencananya,bayi malang itu akan dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis mengingat benjolan pada pipi kirinya makin mengkhawatirkan. “Ini bersifat emergency, makanya kita akan bawa dulu ke rumah sakit sambil menunggu petunjuk lebih lanjut dari petugas medis,” tandas Putu Widiyasmita.(u)