BALI TRIBUNE - Komisi IV DPRD Provinsi Bali meninjau Posko Pengungsian di Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Sabtu (30/9). Pada kesempatan tersebut, rombongan dipimpin oleh Sekretaris Komisi IV DPRD Provinsi Bali, I Nyoman Budi Utama, SH.
Di Posko Pengungsian Sambirenteng, jumlah pengungsi erupsi Gunung Agung mencapai 2.544 jiwa. Mereka dibagi di 4 titik, antara lain di Balai Desa Sambirenteng (519 jiwa), Balai Desa Benben (704 jiwa), Balai Desa Geretek (918 jiwa), dan Balai Desa Silagading (420 jiwa). "Dari total 2.544 pengungsi di Desa Sambirenteng, 35 orang di antaranya bayi, 96 balita, 21 ibu hamil, dan 76 orang lansia," jelas Budi Utama, di sela-sela peninjauan Posko Pengungsian tersebut.
Pada kesempatan tersebut, para wakil rakyat dari Renon itu juga menyerahkan sejumlah bantuan. Mulai dari alat dapur seperti gentong plastik, keranjang plastik, kompor gas besar, bola plastik, hingga bantuan berupa alat tulis untuk siswa seperti buku tulis, pensil, pulpen, penggaris.
Selain itu, juga diserahkan bantuan berupa perlengkapan mandi, di antaranya sabun, deterjen, pasta, dan sikat gigi, hingga minyak angin dan minyak urut. Bantuan tersebut diterima oleh Kasi Pembangunan Desa Sambirenteng Nyoman Dibia, BA.
Komisi IV DPRD Bali berkesempatan mengecek persediaan bahan makanan pokok yang dipusatkan di Kantor Desa Sambirenten dan melaksanakan peninjauan di Posko Pengungsian Balai Desa Sambirenteng yang dominan pengungsi dari Kecamatan Kubu, Karangasem. Pada saat itu di Posko Pengungsian masih sepi, dikarenakan para pengungsi sedang kembali ke desanya masing-masing untuk memantau dan memberi makan hewan ternak yang tidak ikut diungsikan.
Selanjutknya Komisi IV DPRD Bali mengunjungi SMKN 1 Tejakula, dan diterima di Ruang Kepala Sekolah oleh Kasubag TU Ngurah Nyoman Kawan, S.Sos, dan Kepala Sekolah I Wayan Gunastra, S.Pd., M.Pd. Para wakil rakyat mendapatkan penjelasan dari Wayan Gunastra, bahwa terhitung sejak 29 September 2017, SMKN 1 Tejakula menerima 367 siswa SMK yang kebanyakan berasal dari SMK 1 Kubu.
Para siswa pengungsi tersebut disekolahkan pada jam siang, karena untuk jam pagi kelas sudah penuh, apalagi jumlah siswa pengungsi hampir sama dengan jumlah siswa SMKN 1 Tejakula. Guru yang mengajar untuk sekolah siang adalah guru dari SMK 1 Kubu.
Namun Wayan Gunastra tidak bisa menyebutkan apa yang menjadi kekurangan di sekolahnya. Tetapi ia berpesan kepada para guru dan siswa dari SMK 1 Kubu untuk mempergunakan fasilitas sekolah yang ada.