Denpasar, Bali Tribune
Reaksi netizen atas aksi demonstrasi yang dilakukan ForBali, langsung diklarifikasi elemen yang pasang badan menolak reklamasi di kawasan perairan Teluk Benoa itu. Begitu juga dengan tuduhan terkait aksi penurunan bendera Merah Putih dalam demonstrasi yang dipimpin langsung Pasubayan Desa Pakraman/Adat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa, tanggal 25 Agustus 2016 lalu, dibantah keras oleh ForBali.
Bantahan misalnya datang dari Endra Datta, salah satu pemuda yang terlibat dalam aksi tanggal 25 Agustus tersebut. Sebagai Putra Veteran Pejuang Kemerdekaan RI, Endra Datta menegaskan bahwa dirinya akan berada di garda terdepan menyuarakan pengusutan, apabila benar terjadi pelecehan simbol negara.
Hanya saja, menurut dia, dalam demonstrasi yang dipimpin langsung Pasubayan Desa Pakraman/Adat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa, tidak pernah terjadi aksi pelecehan terhadap simbol negara. Ia membantah keras jika dalam aksi tersebut massa mengganti Merah Putih dengan bendera ForBali.
"Tidak ada yang mengganti bendera Merah Putih dengan bendera apapun dan tidak ada tindakan massa aksi yang melecehkan simbol negara seperti yang dituduhkan tersebut," tandas Endra Datta, dalam siaran pers ForBali yang diterima Bali Tribune di Denpasar, Minggu (4/9).
Ia justru menilai, patriotisme membela Ibu Pertiwi sedang ditunjukkan oleh rakyat Bali yang sedang melakukan penolakan reklamasi Teluk Benoa. "Jika ada tindakan yang merendahkan simbol negara, saya pribadi akan berada di garda depan untuk melawannya. Tetapi faktanya memang tidak ada tindakan melecehkan simbol negara sebagaimana dituduhkan. Tuduhan itu terlalu mengada-ada," tegas Endra Datta.
Bantahan serupa juga disampaikan Bendesa Adat Buduk, Ida Bagus Ketut Purbanegara. "Tidak ada warga adat yang juga massa aksi tolak reklamasi Teluk Benoa, yang merendahkan Bendera Merah Putih dan mensejajarkannya dengan bendera manapun," ujarnya.
Dikatakan, fakta menunjukkan bahwa pada aksi tanggal 25 Agustus tersebut, posisi bendera Merah Putih berkibar berada di atas bendera ForBali. "Jadi bukan sejajar. Kami memiliki dokumentasi, baik foto maupun video, yang menunjukkan secara jelas bahwa tidak ada tindakan mensejajarkan bendera Merah Putih dengan bendera ForBali ataupun merendahkan," beber Purbanegara.
Adapun Koordinator Pasubayan Desa Pakraman/Adat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa I Wayan Swarsa, menambahkan, saat simakrama di Polda Bali tanggal 31 Agustus, hal itu juga sudah dijelaskan oleh ForBali. Ia pun menuding, berbagai tuduhan yang dialamatkan pada aksi tolak reklamasi itu hanya merupakan pengalihan isu dan perhatian publik terhadap persoalan yang sebenarnya dihadapi rakyat.
"Jadi sekali lagi, tidak ada yang mengganti bendera Merah Putih dengan bendera apapun, dan jangan pernah pertanyakan jiwa nasionalisme kami. Rakyat yang bergerak di bawah komando Pasubayan Desa Adat ini justru memiliki rasa nasionalisme yang tidak patut dipertanyakan lagi. Desa Adat di Bali yang menolak reklamasi Teluk Benoa ini sedang membela tanah air tumpah darahnya," kata Swarsa.
Ia berpandangan, perjuangan penyelamatan Teluk Benoa adalah bagian dari upaya menyelamatkan pesisir Nusantara dari kerakusan. Ini juga merupakan bentuk nasionalisme sejati. "Jadi jangan lagi mengalihkan perhatian dan jangan lari dari tanggung jawab,” tandasnya.