Kuta, Bali Tribune
Posisi Bali sebagai pulau yang dikeliling oleh perairan dan memiliki keanekaragaman biota laut, berpeluang terjadinya eksploitasi tuna yang berlebihan yang dikhawatirkan akan mengancam stok tuna di Bali.
Diperlukan pengelolaan tuna yang baik melalui kerjasama antar semua pihak, baik pemerintah pusat maupun pelaku usaha perikanan tuna serta tidak lepas dari dukungan organisasi tuna Regional maupun Internasional. Hal tersebut disampaikan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, dalam sambutan yang dibacakan oleh Wakil Gubernur Bali, Ketut Sudikerta, dalam acara 2nd Bali Tuna Conference and 5th International Coastal Tuna Business Forum, Kamis (19/5) di Ballroom Discovery Kartika Plaza, Kuta.
“Eksploitasi terhadap Ikan Tuna di Indonesia cukup mengkhawatirkan, untuk itu mari kita bersama saling membantu demi mewujudkan pengelolaan Tuna yang lebih baik lagi. Sebagai salah satu eksporter tuna, saat ini Bali menyumbangkan 20% supply tuna sehingga perlu dipikirkan untuk keberlanjutannya,” ucap Pastika. Dalam kesempatan tersebut, Pastika juga mengucapkan terimakasih telah dipilihnya Bali sebagai tuan rumah penyelenggaraan.
Pastika juga memaparkan berbagai lokasi daerah tujuan wisata yang berlokasi di Bali kepada peserta konferensi. “Terima kasih telah memilih Bali untuk menjadi tempat diselenggarakannya event ini, bukan hanya saat ini tapi juga acara-acara lain yang diadakan di Bali. Karena income kami berasal dari industri turis atau pariwisata, jadi kami berharap banyak turis yang hadir ke Bali. Saya juga ingin mengingatkan dan mengajak semuanya untuk meluangkan waktu untuk melihat keindahan pulau bali. Selain tradisi dan budayanya, Bali juga mempunyai banyak pantai indah seperti Kuta, Tulamben dan juga Nusa Penida,” ucapnya.
Sementara itu, Narmoko Prasmadji selaku Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP RI dalam sambutannya sekaligus membuka 2nd Bali Tuna Conference and 5th International Coastal Tuna Business Forum mengatakan jika Indonesia kini tengah menghadapi tantangan baru dengan kekayaan laut yang berlimpah khususnya dalam produksi tuna. Saat ini tuna sudah sangat tereksploitasi yang dapat berdampak buruk bagi kelangsungan sumberdaya dan habitat tuna.
“Melalui penyelenggaraan kegiatan ini, diharapkan terbangun sinergi kebutuhan untuk pemenuhan persyaratan pasar produk perikanan tuna dan tindakan pengelolaan yang perlu dilakukan mulai dari tingkat hulu sampai hilir. Selain itu, juga dapat mempromosikan upaya pengelolaan tuna Indonesia yang saat ini dilakukan pada tingkat nasional kepada stakeholder perikanan tuna luar negeri,” ungkapnya.
Untuk diketahui, Konferensi ini merupakan kolaborasi yang berlanjut dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia dengan International Pole & Line Foundation. Kegiatan yang berlangsung 19-20 Mei 2016 ini sebagai bentuk terwujudnya pelaksanaan pemanfaatan dan pengelolaan tuna yang berkelanjutan mengingat populasi ikan tuna di perairan Indonesia yang terus menurun, sehingga Indonesia tak mampu memenuhi permintaan dunia yang terus meningkat. Di sisi lain, pasar telah menetapkan standar kualitas yang tinggi dan aspek traceability produk yang semakin ketat untuk melindungi konsumen.