balitribune.co.id | Gianyar - Pada Pilkada Bali Tahun 2018, Gianyar menjadi salah satu lumbung suara Pasangan I Wayan Koster-Cok Ace. Di Pilkada Bali 2024 mendatang dipastikan masih tetap bertahan. Hal ini terlihat dari antusias berbagai eleman masyarakat Gianyar yang hadir menyesaki Balai Budaya Gianyar, Rabu (31/7). Kali ini Gubernur Bali periode 2018-2023 hadir serangkaian Sosialisasi Haluan Pembangunan Bali 100 Tahun Pembangunan Bali.
Tidak hanya penyambutan yang berlangsung hangat, sosialisasi ini dihadiri prajuru adat se-Gianyar, Perbekel, ratusan pemangku, serta berbagai elemen masyarakat. Disambut langsung Bupati dan Wakil Bupati Gianyar periode 2018-2023, I Made Mahayastra dan Anak Agung Gede Mayun, anggota DPRD Gianyar dan DPR RI, I Nyoman Parta dan jajaran Pengurus PDIP Gianyar.
Koster dalam penyampaiannya mengatakan, PDIP berkepentingan membuat konsep haluan Bali, dikarenakan PDIP mendominasi pemerintahan Bali. Baik di legislatif tingkat kabupaten/kota hingga tingkat kepala daerah.
"Kami wajib memberikan konsep untuk menjaga Bali sekarang hingga di masa mendatang, di masa yang akan dinikmati oleh anak cucu kita," tegasnya saat memberi paparan.
Disebutkan, selama ini kekayaan Bali hanya tradisi dan budaya. Tidak seperti daerah lain yang memiliki batu bara, minyak dan hasil bumi lainnya. Meski demikian, justru menjadi keistimewaan.
"Daerah lain punya minyak, setiap hari dikeruk, lama-lama akan habis. Namun Budaya, Adat selama masih ada piodalan, masih ada orang megamel, menari, mebat dan sebagainya, maka kekayaan kita akan tetap ada," ujarnya.
Lantaran itu pula, Koster merancang konsep pembangunan Bali dari tahun 2025 sampai 2125 tidak boleh mengusik adat dan budaya Bali. Selain itu, pembangunannya juga tidak boleh mengusik masyarakat adat, karena menjadi roh dari jalannya budaya yang menjadi daya tarik pariwisata. Begitu juga dengan alam, yakni alam Bali masa lampau harus dikembalikan, yaitu alam yang bersih dan suci.
Koster mengkalkulasi jumlah penduduknya sebanyak 4,3 juta jiwa, sementara tingkat pertumbuhannya 1,01 persen. Dari total pertumbuhan itu, banyak yang merupakan masyarakat luar yang bermigrasi ke Bali. Karena itu, pihaknya tidak pernah setuju adanya KB 2 anak cukup, populasi ras Bali berkurang. Ketut di Bali tinggal 6 persen, Nyoman hanya tinggal 18 persen," bebernya.