Denpasar, Bali Tribune
Sejumlah pasangan dari Tiongkok ketika melakukan resepsi/pesta pernikahan di Pulau Dewata, cenderung memilih venue atau tempat di dekat pantai. Venue favorit turis Tiongkok saat ini masih di seputaran Badung selatan karena di kawasan tersebut terdapat beberapa pantai yang indah.
Ketua Bali Wedding Association (BWA), Ketut Agus Dion Satvika mengungkapkan selain menyukai lokasi di dekat pantai, terkadang sebagian dari wisatawan Tiongkok membuat permintaan khusus misalkan harus ada pesta kembang api. Namun kembang apinya dikatakan Dion harus ada nama si pengantin. Sedangkan untuk dekorasi venue wedding, pasangan asal Tiongkok cenderung memilih bunga impor.
"Kayak kemarin yang saya jalani ada permintaan khusus ada inisial namanya itu supaya disorot pakai lampu. Seputaran itu sih permintaannya. Mereka (turis Tiongkok) pasti memilih outdoor. Rata-rata dari 100 persen orang yang nikah di Bali pasti nyari yang outdoor seperti ocean view atau beach front," ungkapnya di Denpasar, Selasa (30/8).
Saat melakukan wisata wedding di Bali, pasangan dari Tiongkok ini disebutkan Dion paling banyak membawa 200 orang undangan. Menurutnya wedding party ini dilakukan dalam waktu sehari kemudian hari berikutnya dimanfaatkan untuk berwisata menikmati alam Bali. "Setelah ceremony lanjut party atau dinner. Biasanya 70 sampai 100 orang itupun keluarga dan kerabat dekat. Kadang menginap di hotel atau villa," katanya.
Dion menyebutkan dari jumlah pasangan Tiongkok yang melakukan wisata wedding di Pulau Dewata sekitar 30 persennya sudah melakukan wedding ceremony di negaranya. Mereka datang ke Bali hanya untuk melakukan pestanya saja. Sedangkan sekitar 70 persennya datang ke Bali khusus untuk melangsungkan wedding ceremony disertai pesta/resepsi.
Terkait fasilitas wedding terutama untuk ketersediaan venue Dion mengaku tidak ada masalah. Di Bali kata dia banyak pilihan venue untuk wedding ceremony maupun wedding party mulai dari kapasitas kecil (puluhan orang) dan besar yang menampung ratusan orang pun sudah tersedia.
Penasehat BWA, Christian menambahkan wisata wedding ini tidak hanya membawa kontribusi untuk bisnis Wedding Organizer (WO), juga menguntungkan banyak sektor seperti akomodasi, makanan dan travel agent sebagai penyedia jasa tour.
Sebab, untuk kegiatan wisata wedding yang ditangani oleh WO paling lama hanya 2 hari. Setelah itu wisatawan melanjutkan kegiatannya dengan berkunjung ke obyek-obyek wisata. "Wedding ini jika ditinjau dari sisi wisata, stay mereka biasanya 5-7 hari yang tidak hanya memberikan efek keuntungan bagi venue wedding saja," urainya.
Nilai bisnis wedding untuk pasangan Tiongkok dikatakannnya sangat bervariasi tergantung permintaan, bahkan mencapai puluhan miliar. "Artis China yang menikah di Bali beberapa waktu lalu sampai puluhan miliar. Kalau menyebutkan nilai paketnya berapa terlalu meluas. Sulit untuk menyebutkan karena bervariasi tergantung permintaan. Tapi kalau managemen fee WO yang diterima dari Rp 10 juta keatas tergantung orangnya yang diurus dan ada hospital service. Kalau ada nambah lagi," terangnya.
Lanjut Christian mengatakan, dari jumlah 70 anggota BWA, yang khusus menghandle pasar Tiongkok ada sekitar 20 persen. Pihaknya mengakui untuk wedding turis Tiongkok masih kecil berkisar 5 persen sampai 10 persen. "Angka tersebut masih kecil tapi trennya tetap meningkat. Paling banyak dari Australia," cetusnya.
Menurutnya, pasangan asal Negeri Tirai Bamb melakukan wisata wedding di Bali karena mencari keunikan yang tidak ditemui di negaranya. "Mereka datang ke Bali karena ingin sesuatu yang berbeda," ujarnya.