BALI TRIBUNE - Persiapan maksimal ribuan seniman untuk tampil di Pawai Budaya serangkaian HUT Kota Gianyar ke-246, akhirnya berakhir kecewa. Kondisi ini terjadi lantaran panitia tidak mengantipasi antusias penonton yang berimbas pada sempitnya ruang seniman untuk beratraksi.
Dari kesan masyarakat dan seniman yang dihimpun, Rabu (19/4), sebagian besar warga mengaku sangat kecewa dengan kondisi tersebut. selain berdesak-desakan, mereka juga tidak dapat menyaksikan pawai budaya dengan nyaman. “Saya memang tidak ikutan ke tempat atraksi karena sangat sesak. Tapi iringan pawai yang pendek juga tidak dapat menontonnya,” terang I Nyoman Parsa, warga asal Banjar Teruna Peliatan.
Keluhan yang sama juga dilontarkan oleh Nyoman Subrata dari, Sukawati. Dirinya malah mempertanyakan peruntukan pesta seni yang selaua mengatasnamakan pesta rakyat itu. Kenyataannya, rakyat yang sangat menghormati karya seniman, jutsru tidak disediakan space untuk menonton. “ Kalau memang hanya untuk pejabat saja, sebaiknya diadakan di Balai Budaya sekalian. Ini kan pawai budaya yang melibatkan delegasi kecamatan yang juga diikuti penontonnya,” kesalnya.
Tidak hanya penonton, para seniman yang tampil juga mengeluhkan hal yang sama. I Made Game, asal Pujung Kaja, Tegallalang menyebutkan jika tidak ada pembatas antara ruang untuk iringan pawai dan penonton. Dirinya memaklumi kondisi itu terhadap penonton, tetapi sangat menyayangkan kinerja panitia. “Kami sangat kecewa. Kami latihan sejak sebulan lalu, namun hingga hari H, justru tidak dapat menunjukkan tampilan terbaik, lantaran tidak ada ruang untuk tampil,” keluhnya.
Koordinator parade budaya duta Blahbatuh, Wayan Aksara pun mengaku kecewa dengan kondisi yang kurang kondusif, khususnya di depan panggung kehormatan. Sebutnya, depan panggung kehormatan yang menjadi lokasi pentas seyogyanya bebas penonton, sehingga seniman bisa leluasa untuk tampil. Namun, dengan masuknya penonton ke area pentas membuat seniman tak bisa tampil maksimal. “Bagaimana bias tampil maksimal, jika ruang pentas penuh sesak,” ungkapnya.
Berbeda dengan tahuan lalu, lokasi panggung kehormatan di tempatkan di ke Open Stage Balai Budaya sehingga ruang penonton lebih luas karena memanfaatkan lapangan Astina dan seniman bisa leluasa untuk tampil maksimal.
Anggota DPRD Gianyar, Kadek Era Sukadana, juga melerasakan ketidaknyaman itu. Baiuka kondisi penontoan maupun seniman yag tampi. Kondisi ini terjadi, sebutnya, karean panitia hanya mementingkan tamu kehormatan dna mengabaikan kenyaman seniman dan penonton lainnya. “ Seharusnya semua komponen itu diakomodir dan diantisipasi agar sama-sama mendapatkan yang terbaik,” ucapnya.
Lanjut Era, yang menjadi tukikannya adalah ketiadaan space untuk penonton umum. Padahal kehadiran warga di pawai menjadi tolak ukur sukses tidaknya jalannya pawai. Terlebih pawai itu, sujatinya dipersembahkan untuk seluruh masyarakat. “Semuanya harus nyaman setidknay-tidka slaiang terakomodir. Kondisi harus dijadikan bahan evaluasi, jika pawai tahun depan tidak mendapat respon dari seniman dan ditinggal penonton,” tegasnya.
Sementara, Wabup Gianyar Made Mahaystra mengaku juga mendapatkan banyak keluhan dari seniman maupun masyarakat. Untuk itu, dalam waktu segera pihaknya akan melakukan rapat khusus untuk evaluasi total pawai budaya tersebut. “ saya akui, banyak keluhan baik dari masyarakat dan seniman. Mereka merasa kecewa dengan pawai budaya tersebur. Kami pasti evaluasi,” terangnya.