Petugas Kesehatan Hewan Lakukan Rafid Test | Bali Tribune
Bali Tribune, Kamis 28 Maret 2024
Diposting : 5 September 2017 16:40
Agung Samudra - Bali Tribune
RAFID TEST
RAFID TEST – Petugas Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Peternakan (PKP) Bangli melakukan rafid test di peternakan ayam aduan di Lingkungan/Banjar Sidembunut, Cempaga Bangli, Senin (4/9).

BALI TRIBUNE - Menyikapi kematian puluhan ekor ayam milik Ida Bagus  Nyoman Adnyana (47), petugas dari kesehatan hewan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Peternakan (PKP) Bangli melakukan rafid test di peternakan ayam aduan yang berlokasi di Lingkungan/Banjar Sidembunut, Cempaga Bangli, Senin (4/9). Tujuan dari dilakukanya rafid test untuk mengetahui apakah kematian ayam itu dikarenakan serangan virus Flu Burung (H5N1). Dari hasil test menujukkan negatif Flu Burung.

Kepala UPTD Puskeswankan Bangli, drh I Dewa Ayu Nyoman Rai Rupini ditemui usai melakukan rafid test, mengatakan dari hasil rapid test terhadap ayam yang ditengari sakit, hasilnya negatif flu burung. Menyikpai hasil rafid test, dokter hewan asal Banjar Gunaksa, Cempaga ini memprediksi kematian ayam milik  IB Nyoman Adnya bisa dikarenakan serangan penyakit Newcastle Desiase (ND) atau sering disebut penyakit tetelo, bisa juga dikarenakan serangan penyakit snot. “Untuk lebih jelas penyebab kematian, maka bangkai ayam harus dibawa ke Lab untuk diteliti,” kata Rai Rupini didampingi Kasi Keswan Dinas PKP drh I Made Armana.

Menurut Armana, penyebab Penyakit ND adalah virus Paramyxovirus, virus ini dapat menghemaglutinasi darah. Penyebaran penyakit ini biasanya melalui kontak langsung dengan ayam yang sakit dan kotorannya, melalui ransum, air minum, kandang, tempat ransum/minum, peralatan lainnya yang tercemar oleh kuman penyakit. Gejala klinis yakni ayam bersin-bersin, batuk, sukar bernafas, megap-megap dan ngorok, gejala pencernaan meliputi diare berwarna hijau, jaringan sekitar mata dan leher bengkak. ”Karena penyakit ND disebakan oleh virus, maka untuk upaya pencegahan bisa dilakukan dengan cara vaksinasi,” sebutnya.

Sementara penyakit snok, kata Armana, disebakan oleh bakteri Haemophillus Gallinarum. Untuk gejala klinis seperti mata ayam berbusa dan hidung berair atau keluar air melalui hidung, ayam seperti mengantuk, nafsu makan turun, ayam terdengar mengorok. Penyakit ini bisa dibilang berbahaya tingkat kematian ayam atau ungas relatif cepat.

Lanjutnya, upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pembersihan kandang dari kotoran-kotoran yang menumpuk di lantai kandang yang bisa menjadikan kelembaban kandang. Kandang ayam yang lembab akan menyebabkan ayam peliharaan menjadi pilex atau snot. Untuk menghindari penularan penyakit snot sebaiknya ayam atau unggas yang sudah terkena penyakit snot dikandangkan sendirian atau dipisahkan dari kelompok lain ataupun jangan sampai berdekatan dengan ayam lain yang masih sehat. “Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dengan rutin melakukan spraying serta melakukan vaksinasi secara berkesinambungan,” sebutnya.