Negara, Bali Tribune
Kondisi jalan di Banjar Kaliakah, Negara dikeluhkan warga. Akses jalan menuju sawah dan permukiman warga, di perbatasan utara Desa Banyubiru tersebut, sejak puluhan tahun dibiarkan rusak berat tanpa pernah dilakukan pengaspalan. Kondisi jalan yang hancur itu harus dilalui warga yang melintasinya dengan ekstra hati-hati. Belum ada kepastian jalan tersebut akan diperbaiki dan diaspal.
Pantauan di lokasi, Senin (29/8), pada jalan yang merupakan tembusan dari Desa Kaliakah menuju Desa Banyubiru tersebut tampak hanya ruas jalan sepanjang sekitar 300 meter dari jalan utama Denpasar-Gilimanuk yang berada di kawasan Banyubiru saja yang dilapisi aspal, sedangkan memasuki wilayah Desa Kaliakah, sepanjang ratusan meter kearah utara menuju permukiman warga yang melalui persawahan tersebut masih berupa jalan tanah dengan kondisi hancur lebur bahkan sulit dilintasi. Kondisi jalan yang hancur tersebut menurut warga setempat sudah terjadi sejak puluhan tahun.
Salah seorang warga Kaliakah yang bermukim di wilayah itu, Made Agus Wilantara (34 th) mengatakan, warga setempat menyebut jalan tersebut dengan nama Jalan Babakan. Warga tempek VI Kaliakah ini menyebutkan, saat ini ada lebih dari tigapuluhan kepala keluarga yang bermukim diwilayah yang dilalui jalan tanah itu. Bahkan selain akses menuju pemukiman dan sawah, jalan tersebut merupakan akses menuju lintasan Makepung dan banyak pekerja yang setiap hari melaluinya karena diwilayah tersebut berdiri sebuah peternakan babi.
Jalan tersebut menurutnya sudah ada sejak tahun sembilanpuluhan, tetapi hingga kini masih dibiarkan hancur tanpa ada sekalipun pengaspalan. Pengurugan yang sempat dilakukan beberapakali adalah dari pihak Subak Babak dan belum ada pengecekan dari pemerintah. Warga mengeluh, jika hujan jalan tersebut akan berlumpur dan ketika kemarau berdebu sehingga sulit dilalui. Untuk melaluinya pun harus pelan-pelan dan hati-hati, terlebih saat saat malam hari tanpa ada penerangan. Kondisi ini pun sangat mengganggu aktifitas warga.
Perbekel Kaliakah I Made Bagiarta yang dikonfirmasi, Senin kemarin, membenarkan bahwa jalan yang berada diperbatasan sawah Subak Babakan menuju arah utara itu berada diwilayahnya. Ia tidak menampik kondisi jalannya yang rusak dan belum diaspal karena sebelumnya pada ruas jalan tersebut warganya sedikit. Kendati saat ini sudah adal 34 KK tetapi tinggalnya tidak mengomplek. Ia mengaku, jalan tersebut bisa diusulkan untuk diaspal, tetapi Desa Kaliakah memiliki ruas jalan paling banyak. Setiap tahunnya sebenarnya mendapat bantuan dari Pemkab Jembrana, tetapi ada jalan yang lebih diprioritaskan, karena diakuinya tidak semua jalan saat ini bisa dibiayai sebab wilayahnya yang luas.
Bagiarta juga mengakui jalan tersebut sampai saat ini belum tersetuh, kendati dalam musrenbang desa sudah terdata tetapi menurutnya tergantung pada kemampuan keuangan desa dan keuangan daerah.