BALI TRIBUNE - Sepinya order dan harga gedeg di pasaran murah, beberapa perajin ayaman bambu ini berhenti beraktifitas. Sepinya order dan harga yang merosot, menurut beberapa perajin karena, beberapa hal. Selain karena kondisi ekonomi yang lagi lesu, juga dikarenakan masyarakat kini lebih memilih menggunakan bahan lain (kalisibot) untuk plofon rumah daripada menggunakan gedeg.
Menurut perajin gedeg, I Komang Arta (35), sepinya order sudah berlangsung sejak dua tahun. Menurutnya, sepinya order dikarenakan masyarakat kini mulai beralih menggunakan bahan kalsibot untuk plafon rumah. "Kalau dulu sebelum bahan kalsibot meramah pasaran, permintaan gedeg cukup tinggi," ujar perajin asal Dusun Linjong, Desa Tiga Susut ini.
Kata Komang ketika order yang datang melimpah , dia mengaku sampaii kewalahan membuat gedeg. "Untuk sebulan saja bisa datang 10- 15 pesana bedeg dengan berbagi ukuran," sebutnya.
Di tengah sepinya order, juga dibarengi dengan merosotnya harga gedeg di pasaran. Kata Komang Arta, untuk harga gedeg ukuran 3x4 meter laku terjual Rp 250.000. Sementara jika dihitung biaya yang dikeluarkan yakni untuk bahan baku bambu saja mencapai Rp 150.000. Sedangkan untuk proses pembuatan (mengayam) membutuhkan waktu sampai 4 hari. "Kalau dihitung hasil dari mengayam gedeg Rp 25.000/harinya, sementara harga kebutuhan pokok terus naik, maka tidak heran kalau banyak warga di sini meninggalkan profesinya sebagai perajin gedeg," kata Komang Artha diamini perajin lainya, I Gede Gondang.
Namun sayang, kata dia masa keemasan perajin gedeg telah berlalu , karena sepinya order kini banyak perajin gedeg harus beralih profesi untuk mendapatkan penghasilan lebih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Di Dusun Linjong hampir 90 persen adalah perajin gedeg, karena sepinya pesanan dan harga gedeg murah, banyak masyarakat di sini beralih profesi ada yang menjadi buruh cangkul atau serabutan," sebutnya.
Hal senada juga diungkapkan perajin gedeg asal Kayumabua, Ketut Rena. Dia mengatakan harga Gedeg lagi anjlok . Dia melihat anjolknya harga dikarenakan permintaan gedeg semakin sedikit, masyarakat kini lebih memilih bahan lain untuk banguanan. “Bahan baku gedeg hanya untuk bangunan steel Bali, diliuar itu masyarakat lebih memilih jenis bahan lainya diluar gedeg,” ungkap Rena.