BALI TRIBUNE - Walaupun Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) gelombang kedua telah dibuka 7-8 Juni lalu, namun masih banyak sekolah SMA/SMKN di Bangli kekurangan siswa. Di SMKN 1 Susut misalnya, sekolah yang membuka enam jurusan ini masih kekurangan siswa. Akibatnya, ada beberapa jurusan sepi peminat terpaksa dilebur atau dimerjer.
Kepsek SMKN 1 Susut Ni Made Ciri Rimbawati Spd saat dikonfirmasi terkait jumlah siswa baru yang berhasil direkrut, Senin (10/7) mengungkapkan dari jumlah kuota untuk PPDB tahun ajaran 2017/2018 sebanyak 252 siswa, ternyata yang mendaftar kembali sebanyak 85 siswa. “Kita masih kekurangan banyak siswa, berbagai upaya telah kita lakukan termasuk menjajaki siswa miskin,” ujarnya.
Dibukanya PPDB gelombang kedua, lanjut dia, tidak menolong sekolah dalam dapat menjaring siswa sebanyak-banyaknya. Buktinya, hanya tiga siswa miskin yang mendaftar dan langsung diterima, namun sayang satu siswa tanpa alasan yang jelas tidak mendaftar kembali.
“Dua siswa miskin yang kita terima yakni Ni Putu Damayati dan Ni Made Damayani merupakan bersaudara kembar, itupun setelah kita datangi ke rumahnya agar mau melanjutkan pendidikannya,” jelas Rimbawati.
Rimbawati mengatakan, dari enam jurusan yang dibuka, jurusan teknik gambar bangunan hanya mendapat 18 siswa, teknik instlasi listrik 11 siswa, multi media 6 siswa, akuntansi 50 siswa, pemasaran hanya seorang siswa, dan teknik konstruksi batu beton mendapatkan dua siswa.
“Karena minimnya jumlah siswa untuk jurusan pemasaran dan teknik konstruksi batu beton, maka atas petunjuk Dinas Pendidikan Provinsi Bali, dengan berat hati kedua jurusan itu dimerjer ke jurusan teknik gambar bangunan dan untuk siswa jurusan pemasaran kita merjer ke jurusan multi media,” jelas Rimbawati.
Terkait seragam sekolah, Rimbawati mengatakan pihak sekolah tidak ikut campur dalam pengadaan seragam, semuanya diserahkan langsung kepada para orangtua siswa melalui komite sekolah. Dia juga memaparkan khusus bagi siswa miskin untuk pembelian seragam disepakati pembayaranya bisa dicicil.
“Khusus untuk dua siswa miskin yang kita jemput ke rumahnya agar mau sekolah, tidak dikenakan biaya sepersenpun baik itu untuk pembelian seragam sekolah maupun uang iruan komite sebesar Rp60 ribu per bulan,” sebutnya.