Kuta Bali Tribune
Seniman angklung asal Bandung, Daeng Udjo, sepertinya penasaran tampil di Bali, terutama di Kuta. Apalagi aksi pertama kalinya di Kuta beberapa bulan lalu, berlangsung sukses, meski diformat dadakan. Untuk kali kedua, aksi Udjo bakal dikemas khusus dan ditata lebih menarik.
Selain pentas, pria asal Bandung yang memecahkan rekor pagelaran musik angklung dengan pemain terbanyak pada Museum Rekor Indonesia (MURI) ini, juga akan memberikan pelatihan kilat cara memainkan angklung. Aksi gratis pemegang rekor dunia Guinness World of Record ini, akan digeber di Main Gate Discovery Shopping Mall (DSM), Kuta, Badung, Sabtu (4/6) mulai pukul 17.00 Wita.
Nama Daeng Udjo memang identik dengan angklung, bahkan sosok pria humoris ini sudah dikenal di seantero dunia. Udjo yang memiliki 500 orang anak didik, pernah mementaskan aksi spektakuler bersama 20.000 orang pemain angklung. Aksinya dalam acara ‘Harmony of Angklung for The World’ dalam rangkaian peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun lalu di Stadion Siliwangi, Bandung ini, selain memecahkan rekor pergelaran musik angklung dengan pemain terbanyak pada Museum Rekor Indonesia (MURI), juga dicatatkan dalam rekor dunia Guinness World of Record.
Daeng Udjo, pemimpin sekaligus dirigen kelompok Saung Angklung Udjo ketika bertemu General Manager DSM (Baliunicorn Grup) I Wayan Puspa Negara SP MSi, baru-baru ini, menjelaskan, selain di Jakarta, sebelumnya rekor pergelaran angklung dengan jumlah peserta terbanyak diselenggarakan di Beijing, Australia, dan Washington DC.
Seperti biasa, di setiap pagelarannya akan ada interaksi khusus dengan penonton. Ada kejutan sekaligus tantangan dari Daeng Udjo untuk wisatawan yang menggaransi dalam hitungan menit akan bisa memainkan sejumlah lagu. “Orang yang tak mengerti musik sama sekali, bahkan yang buta atau tuli, saya bisa menjamin akan bisa memainkan lagu dalam hitungan menit,” ujarnya.
Soal musikalitas, Daeng Udjo bersama kelompok Saung Angklung Udjo, sangat mumpuni. Musik dari berbagai genre dibabatnya. Mulai dari lagu tradisional Manuk Dadali, Volare milik Gypsy King, I Saw Out Standing There punya The Beatles hingga komposisi paling sulit milik grup Queen, Bohemian Rhapsody, apik dibawakan.
Disinggung ketertarikannya dengan seni angklung, Daeng Udjo mengaku benar-benar jatuh cinta, lantaran angklung tak hanya karena unik, tak hanya stereo karena nadanya meloncat loncat tak fokus ke satu titik. Tapi, ada kebersamaan, kesatuan gerak dan harmoni.
Alasan lainnya? Dengan memperkenalkan sekaligus melibatkan anak muda agar tertarik memainkan angklung, merupakan salah satu cara untuk menangkal laku negatif anak muda di kawasan Bandung. “Bermain angklung itu ada energi yang beda dengan alat musik lainnya,” papar Daeng Udjo.
Kesempatan yang sama, I Wayan Puspa Negara SP MSi yang juga pengamat pariwisata ini, menyambut hangat kehadiran Daeng Udjo bersama puluhan anak didiknya. “Angklung sudah tercatat dan diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO sejak tahun 2010. “Ini adalah kekayaan budaya Indonesia yang harus tetap dijaga kelestariannya, apalagi sudah mendapat pengakuan dunia. Event ini juga sekaligus dikategorikan berskala internasional,” pungkas Puspa Negara, tokoh partai berlambang pohon beringin yang sudah dua periode duduk dikursi Dewan Badung ini.