De Awa Sulap Bambu Menjadi Radio | Bali Tribune
Diposting : 31 July 2017 21:36
Agung Samudra - Bali Tribune
radio
TUNJUKKAN - De Awa tunjukkan hasil karya seni bambu berbentuk radio.

BALI TRIBUNE - Sebagai daerah penghasil bambu, maka tidak mengherankan Kabupten Bangli dikenal sebagai gudangnya perajin bambu. Karena kurangnya inovasi, maka produk seni yang dihasilkan  masih monoto, sehingga kalah saing dengan hasil kerajian dari daerah lain.

Namun tidak demikian dengan Made Putra Wisatawan. Perajin bambu asal Banjar Nyalian, Kelurahan, Kawan, Bangli ini tidak hanya terpaku dalam satu produk karya seni saja, namun pria yang akrab di panggil De Awa ini terus berinofasi mengikuti perkembangan zaman. Hasil produk teranyar yang dihasilkan, mungkin baru satu-satunya di Bali yakni  menyulap bambu menjadi  beberapa karya seni, seperti radio, speker, lampu kamar dan power bank.

Ditemui di bengkelnya, Minggu (30/7), De Awa mengatakan sebelum menggeluti usaha kerajian bambu, dia  mengaku  sempat  membuka usaha servis elektronik. Namun  melihat peluang pangsa pasar yang lebih menjanjikan, maka pria kelahiran tahun 1971 pun beralih profesi. “Saya menggeluti usaha kerajinan bamboo  sejak tahun 2010, waktu itu pangsa pasar sangat terbuka,” sebutnya.

Lanjutnya di tengah persaingan semakin ketat  seiring menjamurnya  perajin- perajin lainnya, maka untuk dapat terus bertahan, salah satu cara yang dilakukan yakni terus melakukan inovasi.

Berbekal keahlian di dunia elektronik, dia pun berinovasi mengahsilkan karya seni  yang  berintegrasi dengan piranti elektronik. Salah satu produk seni yang dihasilkan yakni ,  radio dan beberpa jenis alat/elektonik. Untuk  karya seni radio  misalnya, De Awa mengatakan untuk rangka atau body radio berbahankan bambu, sementara  untuk komponen  radio di  rakit  sendiri. Bahan baku bambu, dia mengaku mendatangkan dari Desa Blega, Blahbatuh Gianyar. 

Harga bambu siap pakai (kering) bervariasi tergantung jenis  bambu dan besaran diameternya. Untuk jenis bambu “tali” dengan diameter 6 cm harganya Rp 20.000/batang, sedangkan untuk bambu jenis “Petung”  harganya Rp 40.000/ batang.

Sebutnya, untuk membuat body radio, membutuhkan waktu  satu hari penuh, begitupula untuk  membuat atu menyusun piranti radio membuthkan waktu sehari. Harga jual jenis radio Rp 500.000/ buah, sedangkan untuk karya seni jenis speker dibandrol dengan harga Rp 300.000/ buah, tergantung besar kecilnya  power dari speker tersebut.

Dia mengaku karya seni yang dihasilkanya ini memang belum banyak masyarakat yang tahu, maka untuk bisa mempromosikan karya seninya itu baru dilakukan dengan cara mengikuti  event pameran, dan lewat media sosial.

De Awa  mengaku tidak bisa mengasilkan karya seni dalam jumlah banyak karena keterbatasan modal yang dimilikinya. Sejauh ini produk sudah dipasarkan di seluruh Bali. Sebelumnya penjualan hasil kerajinan bambu sampai keluar negeri. Namun belakangan penjualan keluar negeri maupun lokal semakin menurun.

Untuk itu dia berharap pemerintah daerah bisa memberikan semacam bantuan untuk bisa mengembangkan usahanya ini, atau paling tidak  pemerintah bisa memfasilitasi  promosi dengan mengikutsertakan  setiap ada pameran.