Gianyar, Bali Tribune
Beragam upaya dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi kemacetan di Ubud. Namun sayang, hingga kini tumpukan mobil tidak juga dapat diatasi. Ironisnya lagi, wisatawan yang terusik dengan kondisi ini ambil bagian mengatur lalu lintas hingga menuai sorotan berbagai kalangan. Sementara legislatif dan eksekutif di Gianyar terkesan saling lempar tanggung jawab.
Anggota Komisi I DPRD Gianyar, Kadek Era Sukadana mengaku sangat menyesalkan kondisi ini. Parahnya lagi, kata politisi asal Ubud ini, penanganan yang dilakukan eksekutif hingga kini belum menunjukkan hasil terkait kemacetan di Ubud itu.
‘’PAD Gianyar terbesar dari pariwisata, maka sebaiknya sektor pariwisata juga mendapat perhatian. Seperti kemacetan di Ubud ini, hendaknya menjadi perhatian serius. Meski disebutkan sudah disikapi, nyatanya kemecatan tetap terjadi,‘’ keluh Era Sukadana, Rabu (24/8).
Jika masalah kemacetan lalu lintas di Ubud tidak segera diurai, Era khawatir akan menjadi bumerang bagi kepariwisataan Gianyar secara menyeluruh. Apalagi, lanjut dia, beberapa biro perjalanan wisata dan pengelola hotel sudah mulai terang-terangan melontarkan keluhannya terkait kemacetan di Ubud. ‘’Keluhan utama dari wisatawan ke Ubud adalah macet dan trotoar berlubang, saya malu mendengar keluhan ini setiap saat,’’ terang Era Sukadana.
Dengan banyaknya keluhan tersebut, Era Sukadana menyebut perhatian Pemkab Gianyar membenahi Ubud belum serius mengingat masih banyak ada komplin dari wisatawan. Era juga menyoroti petugas Dinas Perhubungan yang jarang muncul untuk mengurai kemacetan yang terjadi.
‘’Wisatawan pun sampai turun mengurai kemacetan. Pemandangan seperti itu sering terjadi dan justru belum juga membuat Pemkab Gianyar jengah,‘’ sesalnya.
Permaslhan lainnya, masih banyak trotoar berlubang atau ranjau trotoar di sejumlah titik. Seperti di Jalan Monkey Forest. Bahkan, sudah puluhan wisatawan menjadi korban ranjau trotoar ini. ‘’Saya sendiri sering melihat dan membantu wisatawan membawa ke klinik atau rumah sakit lantaran terjebak ranjau trotoar ini, ‘’ ungkapnya lagi.
Secara terpisah, Wakil Bupati Gianyar, Agus Mahayastra sebelumnya dikonfirmasi persoalan ini mengatakan kemacetan di Ubud mesti diselesaikan oleh warga Ubud sendiri. ‘’Menyikapi kemecetan ini, tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja, warga sekitar juga mesti ambil bagian,’’ lempar Agus Mahayastra.
Wabup juga mengungkapkan ada indikasi jika warga mengontrakkan jalan di depan rumahnya untuk parkir kendaraan travel. Padahal pemicu utamanya adalah parkir-parkir liar itu.
Menyikapi kemacetan di Ubud, hingga kini Pemkab Gianyar belum bisa bertindak tegas. Pasalnya, dasar hukum yang diharapkan dapat memperkuat gerak petugas, yakni Ranperda Kawasan Tertib Lalu Lintas, nasibnya tergantung DPRD Gianyar, karena sejak diajukan, Ranperda yang sudah disosialisasikan ini belum dibahas di gedung dewan. Termasuk juga pembahasan Amdal lalu lintas yang sudah tertunda sejak 2015.