Negara, Bali Tribune
Protes warga Pengambengan, Negara yang menjadi korban abrasi hingga Rabu (20/7) terus berlanjut, bahkan semakin galak. Ini lantaran spanduk bernada kecewa yang mereka pasang sebelumnya, hilang diambil orang tak dikenal.
Puluhan warga Banjar Ketapang Lampu Desa Pengambengan, yang bekerja sebagai nelayan kecil ini, Rabu siang kembali melakukan aksi protes dengan memasang kembali spanduk. Warga yang tergabung dalam Paguyuban Masyarakat Pesisir Lampu (PMPL) ini bahkan kini memasang lebih banyak spanduk.
Mereka memasang belasan spanduk protes terhadap abrasi yang meluluhlantakkan perkampungan dan permukiman mereka. Spanduk itu selain dipasang mulai dari pinggir jalan menuju lokasi hingga pesisir pantai yang terkena abrasi, juga dipasang di rumah beberapa warga yang masih bertahan di sekitar lokasi yang sudah tergerus dan amblas itu.
Salah seorang warga korban abrasi Pengambengan, Nafan (39) mengatakan, aksi yang dilakukan warga kurang mampu ini merupakan bentuk kekecewaan atas penanganan abrasi yang tak kunjung dilakukan kendati kondisinya sudah sangat parah, dimana belasan rumah warga sudah amblas dan hanyut diterjang ombak. Bahkan ia bersama puluhan warga menyebutkan, selain menghancurkan permukiman, abrasi juga telah menghancurkan akses jalan desa menuju ke perkampungan.
“Hingga kini belum ada penanganan kongkret. Kami yang selama ini tidak berani berbicara, kini mengungkapkan kekecewaan kami dengan memasang spanduk,” ujarnya.
Menurut Nafan, warga juga geram atas diturunkannya spanduk yang sebelumnya dipasang di jalan menuju permukiman di depan Balai Banjar Ketapang, Desa Pengambengan, Negara oleh orang yang tidak dikenal.
Sementara warga lainnya bernama Juhri (35), mengungkapakan bahwa pukul 01,00 Wita spanduk dari kampil itu masih terpasang dan warga mengetahui sudah hilang Senin pagi. Pencurian spanduk itu, menurut warga ada unsur kesengajaan. Niat warga pun tak surut dan kembali memasang spanduk yang jumlahnya jauh lebih banyak. Warga menurutnya tidak pernah anarkis dan spanduk tersebut dipasang hanya sebagai bentuk kekecewaan warga korban abrasi.
Bahkan saat aksi itu, warga melakukan gotong-royong membersihkan rumah milik salah seorang warga, Ahmad Ibrahim yang sudah mulai diterjang ombak. Kendati rumahnya sudah diterjang ombak, namun masih ada beberapa warga pesisir lainnya bertahan di lokasi karena tidak ada pilihan lain dan tidak memiliki lokasi lain untuk pindah.
Seperti pernyataan kekecewaan di atas spanduk yang dipasang itu, warga menyakini bahwa faktor alam parahnya terjangan gelombang air laut yang menggerus permukiman mereka, juga diperparah adanya pembuatan tanggul yang menjorok ke tengah laut oleh pabrik-pabrik di sekitar permukiman.
Usai aksi protes warga itu, pihak desa setempat langsung turun mengecek ke lapangan dan mengukur jalan desa yang amblas dan putus tergerus abrasi.