Nusa Penida, Bali Tribune
Ada yang unik saat Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta menghadiri ngaben massal di Nusa Penida. Salah satu sawe bernama Jro Wayan Kulit, telah dikubur ratusan tahun lamanya. Guna menghindari kemungkinan buruk atas lamanya almarhum terkubur, pihak keluarga membuat ritual pengabenan bersaranakan Lembu Emas.
Kondisi tersebut kemudian memantik perhatian Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta. Bersama Nyonya Ayu Suwirta, Bupati bertandang ke Banjar Minggir, Desa Pakraman Ketapang Paibon Klod Desa Batununggul belum lama ini. Ikut mendampingi, Kabag Humas Protokol.I Wayan Parna serta Camat Nusa Penida, I Gusti Agung Putra Mahajaya.
Ketua panitia ngaben massal, Ketut Suartina di hadapan rombongan Bupati Nyoman Suwirta menuturkan, sebelum ditemukan kuburan Jro Wayan Kulit, tak satupun warga sekitar tahu tempat tersebut adalah kuburannya.
“Karena pada waktu itu tidak ada setra umum melainkan dikuburkan di tegalan atau dalam istilah warga setempat disebut Mel. Tegalan tersebut ditandai sebuah batu kecil, saat diolah warga untuk bercocok tanam, tak satupun palawija atau tanaman lain yang ditanam di sekitar kuburan itu hidup,” terang Suartina.
Meski ada keanehan, namun tak satupun petani yang berkebun di tempat itu mempunyai firasat bahwa tegalan tersebut ada satu kuburan. “Aura mistik terasa kental ketika setiap orang memasuki tegalan, bulu kuduk berdiri dan keanehan lainnya. Lambat laun mimpi aneh dirasakan warga Minggir, kegelisahan tersebut disampaikan para tetua setempat,” ujarnya.
Kegelisahan yang dirasakan warga, akhirnya diputuskan untuk mencari tahu melalui sejumlah paranormal. “Kami bersama keluarga mencari orang pintar untuk mengetahui kejelasan apa yang sedang terjadi,” imbuhnya.
Tidak cukup sampai di sana, kepastian akhirnya terungkap ketika bertanya ke Ida Pandita Dukuh Acharya Daksa, dari Geria Dukuh Samiaga, Penatih, Denpasar. “Beliau memberikan jalan ada sesuatu yang tidak beres di sana. Panjang lebar berutur, ada leluhur yang belum diaben ratusan tahun,” kata Suartina.
Sepulang dari Denpasar, Suartina menyampaikan hasil pertemuan dengan Ida Pandita Dukuh Acharya Daksa. Hasil pertemuan tersebut mengacu pada sumber yang terkait berupa lontar. Tahun 2013, ada rencana ngaben massal menyertakan Jro Wayan Kulit, tapi banyak kendala.
“Alih-alih ternyata leluhur kami tidak mau ngaben bersama dengan yang lain. Baru tahun 2016, dengan perencanaan yang matang upacara ngaben Jro Wayan Kulit bisa digelar dan dipuput langsung Ida Pandita Dukuh Acharya Daksa,” paparnya.
Untuk Lembu Emas, lanjut Suartina, terdiri dari badan lembu dililit kawat emas sebanyak 5 titik serta tanduk dan tiap sudut lembu dimaksud berisikan emas. Total emas yang dipergunakan mencapai 130 gram dimana emas itu merupakan emas pripian. "Kami berharap melalui upacara ngaben lelehur kami dapat tempat yang baik mudah-mudahan diberikan jalan yang baik dan rahayu, " harap Ketut Suartina.