Skenario Koalisi Merah-Kuning Kandas | Bali Tribune
Diposting : 29 May 2017 20:12
San Edison - Bali Tribune
Golkar
Gusti Putu Artha dan Luh Riniti Rahayu

BALI TRIBUNE - Partai Golkar mengambil langkah cepat. Saat partai lain masih menimbang figur-figur yang akan diusung pada Pilgub Bali 2018 mendatang, ‘beringin” memutuskan lebih dini menyerahkan “kunci” kepada Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Bali Ketut Sudikerta, untuk tampil sebagai calon gubernur (Cagub) Bali.

Rekomendasi untuk Sudikerta ini bahkan diserahkan langsung oleh Ketua Umum DPP Partai Golkar Setya Novanto, pekan kemarin. Oleh Partai Golkar, Sudikerta bahkan diberikan keleluasaan dalam menentukan calon wakil gubernur (Cawagub) yang akan menjadi tandemnya.

Lalu, bagaimana dengan partai politik lainnya, termasuk PDIP? Bagaimana juga peluang koalisi PDIP dengan Partai Golkar pada Pilgub Bali 2018 setelah Partai Golkar resmi merekomendasikan Sudikerta sebagai calon gubernur?

Pengamat politik I Gusti Putu Artha menilai, dengan langkah yang diambil Partai Golkar, maka skenario Koalisi Merah-Kuning dipastikan kandas. “Dengan situasi saat ini, maka tidak mungkin PDIP dan Partai Golkar berkoalisi di Pilgub Bali 2018,” ujarnya, saat dikonfirmasi melalui saluran telepon, di Denpasar, Minggu (28/5).

Menurut mantan Komisioner KPU RI ini, ada beberapa alasan sehingga koalisi Merah-Kuning ini buyar. Salah satunya, baik PDIP maupun Partai Golkar sama-sama menginginkan agar kadernya yang tampil sebagai Cagub.

“PDIP percaya diri dengan mesin parpolnya. Sementara Partai Golkar percaya diri dengan elektabilitas Sudikerta. Belum lagi PDIP tak ingin kalah lagi,” tandas Putu Artha.

Hal tak jauh berbeda dilontarkan pengamat sosial politik Luh Riniti Rahayu, yang dikonfirmasi secara terpisah. Pengajar di FISIP Universitas Ngurah Rai Denpasar ini berpendapat, dengan Sudikerta sudah mengantongi rekomendasi sebagai Cagub, maka Partai Golkar tidak mungkin lagi berkoalisi dengan PDIP.

“PDIP punya suara terbesar dengan 24 kursi di DPRD Bali. Jadi tidak mungkin PDIP mau di posisi nomor dua (Cawagub). Yang paling mungkin adalah PDIP maju sendiri atau berkoalisi dengan parpol selain Golkar,” kata Luh Riniti.

PDIP, imbuhnya, akan sangat hati - hati dalam memutuskan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan diusung. Kepala pada Pilgub Bali 2013, belum lagi kekalahan pahit pada Pilgub DKI Jakarta beberapa waktu lalu, memaksa PDIP untuk mempertimbangkan pencalonan secara matang. Dengan Bali sebagai basis PDIP, maka ‘banteng’ tak ingin merasakan dua kali kekalahan beruntun.

“Jadi kemungkinan PDIP baru akan terbitkan rekomendasi di ‘injury time’. Dan bila PDIP terlalu penuh pertumbangan sehingga rekomendasi ke luar di saat-saat kritis, maka sesungguhnya ini merugikan PDIP. Sebab soal start, pasti akan tertinggal dibandingkan dengan Partai Golkar,” pungkas Luh Riniti.