Jakarta, Bali Tribune
Sinyal bakal terjadi perombakan Kabinet Kerja semakin menguat. Presiden Joko Widodo dikabarkan segera mengganti para pembantunya.
Kabar reshuffle sebenarnya sudah lama terdengar. Mulai pelarangan menteri ke luar Jakarta, hingga Wakil Presiden Jusuf Kalla yang ditelepon Presiden untuk segera kembali ke Jakarta dari Makassar. Berdasarkan informasi, Presiden ingin membicarakan reshuffle.
Wapres yang sedang melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Pangkep, Makassar harus membatalkan sejumlah agenda. Selain itu, beberapa hari lalu, menteri dilarang meninggalkan Jakarta. Pembantu Presiden harus standby sejak 25-29 Juli. Alasannya, Presiden akan menggelar sidang kabinet paripurna.
Tak hanya itu, sekitar pekan lalu, Jokowi rutin memanggil menteri-menterinya. Pemanggilan dilakukan untuk mengevaluasi kinerja menteri. Juru Bicara Presiden Johan Budi tak menampik isu itu. Menurutnya, evaluasi pembantu presiden hal wajar. “Evaluasi menteri tidak dilakukan pada satu titik waktu,” kata Johan, beberapa waktu lalu.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise yang beberapa hari lalu sempat dipanggil Jokowi membenarkan ia dievaluasi. Menurut Yohana, Jokowi memantau kerja dia dan kementerian.
Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga juga mengakui hal yang sama. Ia mengaku dipanggil untuk membicarakan kinerja kementerian. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dipanggil Jokowi. Namun, Amran ogah berkomentar soal itu.
Ketiga menteri ini dipanggil di luar agenda resmi Presiden Jokowi. Beberapa menteri lain yang juga disebut akan digeser dan diganti adalah Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, Menteri Agraria Ferry Mursyidan Baldan. Amran juga pernah dipanggil bersama dua menteri ini.
Harus Siap 24 Jam
Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo, mengatakan, seluruh menteri harus selalu siap sedia selama 24 jam apabila sewaktu-waktu dipanggil Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, seorang menteri merupakan pembantu Presiden dalam menjalankan roda pemerintahan.
“Prinsip saya, sebagai pembantu Presiden harus siap 24 jam kalau ada perintah dan panggilan Presiden dimanapun, kapanpun dan perintah atau penugasan apapun,” kata Tjahjo, di Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri), Jakarta, Selasa (26/7).
Di tengah pemanggilan sejumlah menteri oleh Presiden, Tjahjo memilih berada di kantornya. Tjahjo bercengkrama dengan beberapa pewarta di lobi Kantor Kemdagri sekitar pukul 19.30 WIB hingga 21.00 WIB. “Kalau-kalau ada panggilan rapat kabinet ke Istana Negara malam ini saya langsung ke Istana. Karena itu saya di sini (Kantor Kemdagri),” ujarnya.
Tjahjo bercerita seputar topik politik Tanah Air serta hal-hal pribadinya. Disinggung mengenai kabar akan diumumkannya perombakan kabinet atau reshuffle, Tjahjo tak bersedia menanggapi terlalu jauh. “(Reshuffle) itu sepenuhnya hak prerogatif Presiden,” ucap mantan Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.
Sekadar diketahui, Presiden memang memanggil beberapa menteri ke Istana Negara, Jakarta, Selasa (26/7) malam. Pertemuan Presiden dengan para menteri tersebut juga dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
Menteri-menteri yang dipanggil Presiden sejak pukul 19.00 WIB yakni Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan) Yuddy Chrisnandi, Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil.
Yuddy dan Thomas datang melalui pintu depan. Sementara Sudirman, Saleh dan Sofyan memilih lewat pintu samping. Sedangkan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan, tiba paling terakhir sekitar pukul 20.45 WIB melalui pintu Wisma Negara.
Paspampres menjaga area tersebut, karenanya awak media tidak dapat mendekat. “Dipanggil biasa, biasa dipanggil, biasa pagi, biasa malam,” kata Yuddy kepada wartawan. Yuddy sendiri enggan menjelaskan rinci pemanggilannya oleh Presiden. “Besok mau ada rapat paripurna,” ujarnya singkat.