Di Balik Jatuhnya Mobil di Danau Batur - Janah Punya Firasat Buruk saat Suaminya Mengeluh | Bali Tribune
Diposting : 20 July 2017 18:42
Made Ari Wirasdipta - Bali Tribune
kecelakaan
Janah bersama putranya saat diterima Pimpinan Blue Bird Bali di Denpasar.

BALI TRIBUNE - Korban kecelakaan tunggal sebuah mobil APV yang ditumpangi 7 anggota keluarga asal Tanggerang, Banten di Danau Batur, Bangli telah selesai dievakuasi. Jenazah kedua korban termasuk mobil yang tenggelam di danau, juga sudah berhasil diangkat.

Namun rasa trauma dan duka mendalam masih dirasakan oleh Mistahul Janah (25), bagaimana ia mengenang detik-detik mobil tersebut bisa terperosok ke dalam jurang dan tenggelam di Danau Batur.

Dipastikan hingga saat ini ketiga jenazah korban tewas pada insiden tersebut masih dititipkan di RSUD Bangli, di Bali. Sedangkan Adinda Nazua Risma (13) masih harus menjalani rawat inap karena baru saja selesai operasi patah tulang pada pergelangan kakinya.

Ditemui secara ekslusif di Kantor Blue Bird di Jalan Sesetan Denpasar, nampak kondisi Janah sudah terlihat pulih. Bahkan terlihat putranya Kenzi (2) sedang asyik bermain game melalui sebuah ponsel.

Kepada wartawan Bali Tribune, malam itu sekitar pukul 20.00 Wita, Janah mengaku akan berangkat ke Jakarta. Kedatangannya di Kantor Bule Bird Denpasar karena suaminya Muksin Mardona (30) bekerja di Blue Bird Jakarta.

Janah mengisahkan bahwa yang meninggal itu adalah suaminya, Ibu kandungnya dan bibinya. Sedangkan Septi Dwi Cahaya (10) dan Adinda Nazua Risma (13), bukanlah putrinya tetapi keponakannya.

Dengan penuh kenang, Janah menceritakan, saat mesin mobil mati dan melaju mundur, rem tangan sama sekali tidak berfungsi. “Saya perhatikan sendiri suami saya terus menarik-narik rem tangan. Tetapi waktu itu mobil terus mundur, saya tidak tahu apa rem tangan tersebut tidak berfungsi atau karena tanjakan yang tinggi,” kenangnya.

Saat akan balik pulang dari Desa Trunyan, ia mengaku sudah punya firasat buruk. Itu setelah suaminya saat menghidupkan mobil yang disewanya di Denpasar, sudah mengeluh akan medan jalan.

“Waktu menuju desa, jalan turunan dan terjal. Saat itu suami saya sudah berpikir bagaimana nanti baliknya. Nah, waktu kita akan balik saya sudah punya firasat. Karena suami saya terus berpikir dan tidak pede (percaya diri) bisa melewati jalan tadi yang kita lewati,” tutur Janah yang tetap bersyukur.

Saat mobil terguling masuk jurang, ia masih melihat putranya semata wayang terpental keluar mobil bersama ibunya Marpuah (korban meninggal).

“Saya dan kedua keponakan saya tidak terpental, masih di dalam mobil. Yang terpental putra saya, nyangkut di pohon. Saat nyebur ke danau itu baru saya keluar, keponakan saya berenang dan ditolong warga. Sampai tepian, mobil sudah hilang tenggelam,” ucap Janah.

Dirinya mengaku masih akan rembuk keluarga untuk pemulangan ketiga jenazah yang merupakan ibu, bibi dan suaminya itu. “Di Bali kami ada saudara tinggal di Denpasar,” singkatnya dan bergegas malam itu akan ke Bandara Ngurah Rai.