Generasi Muda Rentan Disusupi Politik Sektarian | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 8 June 2016 13:34
San Edison - Bali Tribune
bangsa
Bagus Santa Wardana

 

Denpasar, Bali Tribune

Bangsa Indonesia kembali dihadapkan dengan persoalan klasik. Salah satunya, terkait ancaman sekaligus tantangan yang menghantui keberagaman bangsa. Celakanya, kondisi ini terjadi pada saat ada harapan kuat untuk memperkuat pondasi kebangsaan.

Hal ini mendapat perhatian serius tokoh muda asal Buleleng yang juga praktisi Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa Bidang Pemuda, Bagus Santa Wardana, SE., M.M. Ia berpandangan, hanya orang-orang dengan landasan berpikir yang tidak tuntas, yang terus menerus memperdebatkan masalah keberagaman bangsa ini.

Ia pun mengajak semua pihak agar melihat lebih jauh ke belakang, bagaimana bangsa ini berdiri, demikian proses yang mengikutinya. Khusus untuk generasi muda, ia mengajak untuk tidak mudah terprovokasi. Apalagi, anak-anak muda cukup rentan disusupi politik sektarian.

“Anak muda tidak boleh disusupi kepentingan politik sektarian. Mereka harus diarahkan dan dididik untuk mencintai NKRI secara utuh. Anak muda tak boleh berhenti membela NKRI,” kata Bagus Santa Wardana, yang akrab disapa Gus Santa, di Denpasar, Selasa (7/5).

Mencermati dinamika sosial politik saat ini, ia mengaku sangat resah. Apalagi, media sosial tidak memiliki sistem filter yang kuat. Dengan begitu, sangat mudah netizen dapat mengakses atau melihat konten-konten yang sering mempertentangkan keragaman bangsa.

“Celakanya, ada pula pihak-pihak tertentu yang memang dengan sengaja dan terencana memanfaatkan media sosial sebagai sarana utama untuk terus-menerus membangun kekuatan dengan membagikan konten-konten yang mempertentangkan keberagaman bangsa,” ujarnya.

Ia berpandangan, perjuangan saat ini tidak seperti di masa lampau, yang harus memikul senjata dan melakukan kontak fisik secara langsung dengan musuh bangsa. Saat ini, cukup dengan tidak mengutak-atik atau memperdebatkan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), itu merupakan wujud bela negara yang paling riil.

“Menerima dan menghormati keberagaman bangsa itu adalah wujud bela negara paling hakiki dan paling pas dengan konteks kekinian,” tandas Gus Santa. Ia juga secara khusus memberi catatan terkait adanya tokoh yang berusaha menjadikan perbedaan sebagai komoditas politik di Bali.

Padahal, menurut dia, menghargai perbedaan adalah salah satu karakter masyarakat Bali. “Jangan sampai kita mewariskan didikan yang salah kepada anak-anak muda. Mengingat isu SARA ini merupakan hal sensitif,” pungkasnya.