BALI TRIBUNE - Ketua Koperasi Banjar Pengiyahan, Puhu, Payangan, Gianyar Dewa Made Widana dijemput paksa oleh pecalang, Senin (8/5) malam lalu, setelah belasan nasabahnya tidak mendapat penjelasan atas tidak cairnya dana mereka. Dari data sementara, sedikitnya Rp 7 miliar rupiah dana nasabah tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh ketua koperasi itu.
Setelah berulang kali gagal menemui Ketua Koperasi Banjar Pengiyahan, Dewa Made Widana, belasan nasabah mendatangi pengurus.Kedatangan mereka hanya untuk mempertanyakan kejelasan dananya yang disimpan di koperasi itu, yang tidak juga cair meksi sudah jatuh tempo. Nasabah yang berasal dari berbagai desa dan kecamatan ini, sebelumnya berlomba-lomba menabung di koperasi ini, lantaran berulangkali meraih prestasi. Namun beberapa bulan belakangan, kondisinya mulai tidak sehat dan ketua koperasinya justru tidak pernah ngantor.
Atas pengaduan itu, pihak pengurus banjar kemudian meminta pecalang menghadirkan Widana.Malam itu juga pecalang melakukan penjemputan paksa. Lama meninggalkan rumahnya, Widana akhirnya ditemukan di pondokannya di daerah tegalan.
Namun sayang, kehadirannya dihadapan nasabah dan pengurus banjar, tidak memberikan kejelasan.Dirinya terkesan angkat tangan dan menyatakan hanya demikian kemampuannya memimpin koperasi.
”Saya dipercaya ngayah sebagai ketua koperasi sudah bekerja maksimal.Hanya begini kemampuan saya,” terangnya dihadapan nasabah dan pengurus banjar.
Sementara dari keterangan salah seorang nasabah asal Banjar Ponggang, Puhu, I Nyoman Kapur (57) mengatakan dirinya mendepositokan uang sebesar Rp 150 juta.Ia mulai was-was sejak tiga bulan lalu, setelah kesulitan mencairkan dananya yang sudah jatuh tempo. Terlebih setelah mendapat informasi jika koperasi tersebut tidak sehat.
“Selama saya mengejar uang deposito ini, ternyata banyak nasabah lain yang juga kesulitan menarik tabungannya, deposito, simpanan dan bentuk tabungan lainnya yang sudah jatuh tempo,” ungkapnya.
Kelian Banjar Pengiyahan, I Gusti Made Punia menyikapi kondisi koperasi banjar itu, pihaknya sudah menurunkan tim audit. Dari hasil audit sementara hanya ditemukan dana sekitar Rp 2 miliar lebih. Sedangkan dana nasabah yang berhasil dihimpun total diperkirakan mencapai Rp 8 miliar lebih. Sedangkan Dana yang belum diketahui sekitar Rp 7 miliar.
“Dari tim audit kabupaten juga sudah turun dan koperasi ini disebutkan tidak sehat. Namun atas hasil ini, warga tidak puas dan kini masih menunggu tim audit independen,” ungkapnya.
Tidak hanya mengenai dana nasabah, unit usaha dagangnya juga ada beberapa kejanggalan. Dimana, warung serba ada ini awalnya bermodalkan Rp 900 juta lebih.Dalam keberlangsungannya, usaha ini awalnya berjalan lancar. Modal dana itupun sedikit demi sedikit dikembalikan ke koperasi melalui ketuanya tanpa disertai bukti pengembalian. Hingga akhirnya usaha dagang ini juga tidak berjalan baik hingga sekarang dan bangkrut.
Kini, nasabah dan pengurus banjar hanya berharap pada tim audit independen untuk mengetahui gambaran aliran dana tersebut. Dari hasil audit pula, pengurus banjar akan menyikapi dana nasabah.