Gianyar, Bali Tribune
Kesal wilayahnya dijadikan arena balap liar, Desa Batuan Kaler pun bersikap. Di titik yang kerap dijadikan tempat start dan finish dipasang spanduk bertuliskan “Desa Batuan Kaler menolak keras adanya aksi Trek-trekan di wilayahkami, sayangi jiwa anda”.
Wayan Windia, warga Banjar Blahtanah, Batuan Kaler, Minggu (12/06), menyebutkan, jalan Raya Sakah menuju Jalan Raya Mas Ubud kerap dijadikan lintasan balapan liar atau trek-trekan liar. "Saya yang warga biasa ini tak berani memperingati mereka. Salah-salah bisa digebuki ramai-ramai oleh mereka yang kebanyakan masih ABG itu," ungkapnya.
Windia yakin, tidak hanya dirinya namun seluruh warga sekitar Desa Batuan Kaler yang tinggal di sekitar Jalan Raya Sakah hingga jalan Raya Mas Ubud dipastikan terusik. Apalagi aksi trek-trekan tersebut dilakukan saat tangah malam. Sekitar pukul 02.00 wita sampai pukul 03.30 wita. "Rutinnya pada malam Minggu atau menjelang hari libur. Kondisi ini mengganggu warga yang memerlukan istirahat untuk persiapan bekerja dikeesokan harinya," terangnya.
Memang, dari situasi tengah malam dan didukung kondisi alam sepanjang Jalan Raya Sakah hingga Jalan Raya Mas Ubud memang representatif untuk balapan. Karena lurus dan berhotmix serta banyak jalan alternatif untuk menghindar jika sewaktu-waktu ada operasi penertiban dan kepolisian.
Perbekel Batuan Kaler I Wayan Suarma yang dihubungi terpisah membenarkan jika balap liar di wilayahnya sudah sangat meresahkan warga. Apalagi, suara motor modifikasi yang kencang di tengah malam membuat kebisingan yang mengganggu tidur warga. "Aktivitas mereka juga mengganggu keselamatan pengendara lain. Kadang anak-anak ini tidak mau peduli dengan pengguna jalan lain," terangnya.
Menyikapi itu, masalah balap liar yang disebutkan bahwa aparat kepolisian sudah sering melakukan penertiban. Hanya saja setiap petugas datang, para pemuda yang melakukan balap liar ini main kucing-kucingan dengan petugas. "Pecalang Batuan Kaler juga sempat berencana ikut turun tangan. Namun kami khawatir akan adanya aksi yang berujung anarkis," terangnya.
Untuk langkah awalnya, pihaknya pun bekerjasama dengan pihak Kepolisian membuat spanduk sebagai salah satu upaya mencegah aksi trek-trekan tersebut. Dengan harapan kegiatan liar di malam hari itu mereda. Selain itu masyarakat juga berharap untuk dapat dilaksanakan operasi terpadu yang terdiri dari gabungan unsur kepolisian, pecalang dan masyarakat dalam menangani masalah trek-trekan di Wilayah Desa Bartuan Kaler. "Keamanan tidak hanya menjadi tangungjawab kepolisian saja namun perlu peran serta dan dukungan dari masyarakat," tandasnya.