Tabanan, Bali Tribune
Jembatan Tukad Yeh Nu di Banjar Penyalin, Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, Tabanan kembali kebanjiran hingga menyebabkan kemacetan yang cukup panjang. Sejumlah pengendara sepeda motor terjatuh hingga kehilangan benda yang dibawa karena hanyut dalam derasnya air.
Dari pantauan di lokasi, hujan deras yang mengguyur wilayah Tabanan dan sekitarnya terjadi mulai pukul 11.00 dan berlangsung hingga pukul 14.00 , Senin (24/10). Hal tersebut menyebabkan Jembatan Tukad Yeh Nu di Banjar Penyalin, Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, Tabanan kembali tergenang air yang menyebabkan arus lalulintas menjadi tersendat. Padahal beberapa waktu lalu, pihak Polsek Kerambitan bersama Satlantas Polres Tabanan turun untuk membersihkan gorong-gorong dengan harapan tidak ada lagi air tergenang di jembatan ketika hujan tiba.
Genangan air di jembatan tersebut sejatinya merupakan air yang datangnya dari Perumahan The Royal Griya Loka yang berada di barat Jembatan Yeh Nu. Terpantau air berwarna cokelat keruh mengalir deras dari jalan perumahan tersebut dan menuju Jembatan keraha timur yang memang daerahnya lebih rendah hingga air menggenang di jembatan. Pada aliran air yang cukup besar inilah banyak pengendara sepeda motor yang jatuh karena dari arah timur jalanan menanjak.
Salah seorang warga yang merupakan security di pabrik palstik yang berada disebelah barat jembatan, I Wayan Mega (32) menuturkan, bahwa ada sekitar 10 sepeda motor yang terjatuh, bahkan ada pengendara yang kehilangan helm dan handphone karena diseret kuatnya arus air. Akibat banjir tersebut banyak sepeda motor yang mogok. Dirinya juga sempat membantu seorang ibu yang tidak berani menyeberang dengan sepeda motornya karena kuatnya arus air.
Warga yang melintas I Made Agus Sastrawan (31) menuturkan, sepeda motornya mati saat melintasi genangan air tersebut. “Mesin dan businya kemasukan air jadi mogok,” ujarnya. Pengendara lain Ni Putu Puspa (35), mengatakan dirinya tidak berani untuk melewati air banjir tersebut, selain takut kalau motornya mati dirinya juga takut jatuh saat melewati banjir tersebut karena aliran airnya sangat deras. Dirinya terpaksa berhenti di pinggir sambil menunggu air surut.
Kapolsek Kerambitan Kompol I Gede Made Punia yang terjun langsung mengatur lalulintas mengungkapkan bahwa air datang dari atas perumahan yang merupakan kawasan sawah, karena daerah di hulu nya kini berubah menjadi perumahan maka tidak mampu lagi meresap air hujan. Atas hal tersebut, pihaknya pun terjun ke lapangan untuk mengatur lalu lintas. “Di depan pabrik juga ada gorong-gorong, tetapi tersumbat sehingga aliran air dari perumahan tidak bisa mengalir melalui gorong-gorong dan meluap ke jalanan,” terangnya.